Inggris menilai keputusan Rusia melakukan Invasi ke Ukraina turut menempatkan Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20 menjadi sulit.

"Semuanya berjalan lancar sampai ketika Rusia menginvasi Ukraina. Saat hal itu terjadi, Rusia menempatkan Indonesia dalam situasi yang sulit. Presiden Putin membuatnya lebih sulit," ujar Fenn dalam acara Queen's Green Canopy Tree Planting di Jakarta, pada Rabu (18/5).

Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Rob Fenn, menuturkan Indonesia telah mempersiapkan seluruh aspek dalam rangkaian G20 tahun ini dengan baik. Namun, Fenn menuturkan konflik yang disulut Rusia di Ukraina justru membuat persiapan penyelenggaraan G20 menjadi kacau.

"Acara G20, pada awalnya, hampir sempurna. Kami memiliki beberapa rencana yang kami diskusikan dengan Indonesia. Kami memiliki kesepakatan atas keberlangsungan agenda G7, yang telah kami kerjakan, dan agenda G20 yang sedang dikerjakan Indonesia," pungkas Fenn.

Tak hanya perihal Presidensi G20, Fenn juga menekankan bahwa invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu juga mempersulit banyak negara untuk bisa tetap berhubungan bisnis seperti biasa selama Putin masih terus menggempur Ukraina.

Meski demikian, Rob Fenn menegaskan bahwa Inggris tetap akan mendukung penuh penyelenggaraan G20 di Bali mendatang seraya menekankan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mempersulit.

"Meskipun, Presiden Vladimir Putin membuatnya menjadi lebih sulit," ujarnya.

Rob Fenn juga mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk menyukseskan penyelenggaraan seraya memuji slogan yang dipilih Indonesia dalam pelaksanaan G20.

"Kami berharap Indonesia masih dapat mencapai semua hal luar biasa yang ingin dicapai. Kami pikir slogan Recover Together, Recover Stronger adalah motto yang brilian, dan itu benar-benar mewakili agenda global tahun ini. Dan kami akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk mewujudkannya, meski jelas Presiden Vladimir Putin membuat ini menjadi lebih sulit," tegas Fenn.

Baca Juga: