Thermogun bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda, bukan menyinarkan. Alat ini berbasis teknologi inframerah, sehingga aman bagi manusia, tidak menimbulkan kanker.

Salah satu cara untuk mendeteksi mereka yang dicurigai terinfeksi Covid-19 ditandai demam. Jika suhu normal manusia antara 36,5 -37,5 maka mereka yang di atas 37,5 bisa dianggap sedang mengalami demam.

Untuk mendeteksi demam terkait Covid-19 secara mudah saat ini digunakan alat yang praktis, mudah dengan harga murah, berupa thermogun. Alat ini biasanya dipakai untuk mengukur suhu tubuh orang-orang yang berada di tempat umum.

Thermometer inframerah thermogun sendiri dapat bekerja pada suhu antara 32 derajat Celsius hingga 42 derajat celcius dengan akurasi 0,1 derajat Celsius hingga 0,3 derajat Celsius. Jarak pengukuran yang disarankan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) antara 3 dan 5 cm.

Kelebihan alat berbentuk seperti pistol ini, penggunaannya cukup mudah karena cukup diarahkan ke dahi, tanpa perlu kontak tubuh. Lantaran beberapa kelebihan yang dimiliki thermogun penggunaan cukup luas baik di mal, hotel, gedung perkatoran, stasiun kereta api, halte busway, dan lainnya.

Thermogun belakangan menjadi heboh karena pendapat dari bekas anggota DPR Ichsanuddin Noorsy. Saat berdiksusi di kanal Youtube Helmy Yahya yang diunggah pada Senin (13/7). Ia menyatakan menolak penggunaan thermogun karena dianggap dapat merusak jaringan tubuh.

"Pakai head gun, tapi saya nolak terus terang. Kalau Anda mau periksa bukan kepala saya, tapi sini," kata Noorsy sambil menunjuk lengannya.

"Karena headgun thermometer itu untuk memeriksa kabel panas. Lasernya dipakai untuk memeriksa kabel panas bukan untuk memeriksa temperatur manusia. Kita mau terima. Mereka jual alat dengan mahal," lanjutnya Noorsy.

Tidak Tepat

Namun ternyata pendapat Noorsy dinilai tidak tepat. Menurut ahli dari Departemen Fisika Kedokteran/Klaster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, thermogun aman digunakan untuk skrining suhu tubuh.

"Alat thermogun untuk skrining temperatur seseorang aman karena bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda. Thermogun tidak memancarkan radiasi apalagi radiasi laser ke dahi orang," ujar Ketua Departemen Fisika Kedokteran dan Ketua Klaster Medical Technology IMERI, FKUIPrasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T, Ph.D.

Cara kerja thermogun berbasis infra merah menurut Prasandhya, berbeda dengan termometer air raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi atau kontak fisik. Termometer infra merah menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.

Radiasi yang dipakai pada thermogun mengacu pada hukum Wein yang biasa dipakai pada fisika kedokteran. Hukumnya, setiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin (K) akan memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut dengan radiasi benda hitam.

Satuan Kelvin sendiri menjadi satuan baku dari radiasi elektromagnetik ini. Demi kemudahan lalu dikonversi ke satuan derajat Celsius, di mana 0 derajat Celcius sama dengan 273 K. Kisaran suhu tubuh manusia normal berada di dalam pancaran spektrum infra merah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik.

Energi radiasi dari permukaan tubuh, dalam hal ini dahi, lalu ditangkap dan kemudian diubah menjadi energi listrik, lalu ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat Celcius.

"Prinsip teknologi serupa juga digunakan di kamera termal untuk skrining temperatur di bandara serta thermal goggles di militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di malam hari yang gelap," kata Prasandhya. hay/G-1*

Baca Juga: