» The Fed pertahankan suku bunga acuan FFR di sekitar 5,4 persen, tertinggi dalam 22 tahun.

» Pertumbuhan tetap sehat, tiga bulan terakhir pada 2023 lalu tumbuh di level 3,3 persen.

WASHINGTON - Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada hari Rabu (31/1) waktu setempat, menyampaikan pesan bahwa penurunan suku bunga belum dilakukan dalam waktu dekat.

Seperti dikutip dari Western Mass News, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) itu memberi sinyal bahwa mereka sudah mendekati pergeseran menuju penurunan suku bunga yang sudah lama ditunggu-tunggu sekaligus membuktikan kalau para pejabatnya semakin yakin hampir sepenuhnya mengendalikan inflasi.

Pernyataan kebijakan tersebut tidak lagi mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Sebaliknya, para pejabat menjelaskan bahwa penurunan suku bunga pertama kemungkinan akan terjadi beberapa bulan lagi.

Mereka tidak berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2 persen.

Investor dan ekonom telah menahan kemungkinan bahwa the Fed akan memangkas suku bunganya pada pertemuan berikutnya di bulan Maret. Hal itu kini sudah tidak mungkin lagi terjadi. "Saya kira komite tidak akan mencapai tingkat kepercayaan pada pertemuan bulan Maret untuk mulai menurunkan suku bunga," kata Powell pada konferensi persnya.

The Fed mempertahankan suku bunga acuannya Fed Fund Rate (FFR) tidak berubah di sekitar 5,4 persen atau yang tertinggi dalam 22 tahun. Namun, perubahan pada pernyataannya, dibandingkan dengan pertemuan terakhirnya pada bulan Desember, menunjukkan bahwa the Fed telah mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga sambil tetap mempertahankan fleksibilitas.

"Tidak ada Powell yang membuat kita khawatir tentang cerita dasar mengenai pemotongan 'kabar baik' yang akan segera dimulai," kata Krishna Guha, analis ekonomi di bank investasi Evercore ISI, dalam sebuah catatan kepada kliennya.

Pada Desember, para pengambil kebijakan the Fed telah mengindikasikan akan melakukan penurunan suku bunga sebanyak tiga perempat poin pada 2024. Namun, mereka tidak banyak bicara mengenai kapan pemotongan tersebut akan dimulai, dan beberapa pejabat senior menekankan bahwa the Fed akan melanjutkannya dengan hati-hati.

Pada Rabu, Powell mengatakan The Fed tidak perlu melihat perubahan signifikan dalam data inflasi untuk menurunkan suku bunganya. Pemerintah hanya perlu melihat perlambatan inflasi terus berlanjut. Harga-harga telah meningkat hanya pada tingkat tahunan 2 persen dalam enam bulan terakhir. "Bukannya kami mencari data yang lebih baik, hanya saja kami mencari kelanjutan dari data bagus yang telah kami peroleh," katanya.

Daya Tahan

Perubahan sikap the Fed terjadi ketika perekonomian menunjukkan daya tahan yang mengejutkan setelah serangkaian 11 kenaikan suku bunga membantu memperlambat inflasi secara drastis, yang mencapai level tertinggi dalam empat dekade pada 18 bulan lalu.

"Pertumbuhan tetap sehat, dalam tiga bulan terakhir tahun lalu, perekonomian tumbuh pada tingkat tahunan 3,3 persen," kata pemerintah, pekan lalu.

The Fed sedang menilai inflasi dan perekonomian pada saat kampanye presiden yang semakin intensif, di mana sebagian besar bergantung pada persepsi pemilih terhadap pengelolaan ekonomi Presiden Joe Biden.

Sementara itu, Partai Republik di Kongres telah menyerang Biden atas tingginya inflasi yang melanda negara itu mulai tahun 2021 ketika perekonomian keluar dari resesi. Namun data ekonomi terbaru, mulai belanja konsumen yang stabil, pertumbuhan lapangan kerja yang solid hingga perlambatan inflasi, telah meningkatkan kepercayaan konsumen.

"Kami ingin melihat pertumbuhan dan pasar tenaga kerja yang kuat, memperkirakan inflasi akan turun, seperti enam bulan terakhir," kata Powell.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan pernyataan Powell itu sebagai sinyal ke Bank Indonesia (BI) kalau suku bunga global tetap tinggi.

Baca Juga: