BANGKOK - Pihak berwenang Thailand pada Jumat (9/7) mengumumkan akan memberlakukan jam di seluruh Ibu Kota Bangkok dan sembilan provinsi. Penerapan jam malam selama 7 jam ini yang mulai berlaku Senin (12/7) itu diluncurkan bersamaan dengan aturan pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang penyebaran virus korona.

Pada Jumat, Negeri Gajah Putih itu mencatat rekor positif harian sebanyak 9.276 kasus dan 72 kematian, saat memerangi gelombang infeksi ketiga yang parah yang dimulai pada April lalu.Jumlah kasus harian selama beberapa pekan mencapai ribuan di tengah laporan munculnya virus korona varian Delta yang sangat menular.

Seorang pejabat dari gugus tugas penanganan virus korona pemerintah (Centre for COVID-19 Situation Administration/CCSA) mengumumkan peningkatan pembatasan setelah pertemuan selama berjam-jam pada Jumat. Berdasarkan aturan pembatasan yang baru, jam malam dari jam 9 malam hingga jam 4 pagi akan dimulai hari Senin dan warga di 10 provinsi itu diharuskan untuk bekerja dari rumah.

Pengumuman tersebut mempengaruhi ibu kota lebih dari 10 juta orang serta provinsi sekitarnya dan selatan. Adapun provinsi-provinsi yang terdampak pengetatan aturan penguncian adalah Bangkok, Nakhon Pathom, Nonthaburi, Pathum Thani, Samut Prakan, Samut Sakhon, Narathiwat, Pattani, Songkhla dan Yala.

"Kami mohon maaf atas kesulitan yang dialami warga yang tinggal di daerah dengan pembatasan ketat, tetapi langkah ini akan menyokong pengendalian penyakit secara efisien. Thailand akan menang," kata Apisamai Srirangson, asisten juru bicara bagi CCSA.

"Perjalanan yang tidak perlu akan dilarang," imbuh dia seraya menerangkan bahwa warga dilarang berkumpul dalam kelompok lebih dari lima orang, sementara jaringan transportasi umum akan ditutup mulai pukul 9 malam setiap malam.

Supermarket, restoran, bank, apotek, dan toko elektronik dapat tetap buka tetapi toko lain harus tutup. Sedangkan mal harus tutup sebelum jam 8 malam.

Cecaran Masyarakat

Pada April tahun lalu, pemerintah Thailand juga menerapkan jam malam secara nasional, namun langkah itu tak berhasil meredakan penyebaran Covid-19 diantara warganya. Setahun kemudian jumlah kasus meningkat dan pemerintah menghadapi cecaran dari masyarakat atas lambannya kampanye vaksinasi, kapasitas pengujian yang terbatas, dan permasalahan tentang pengelolaan dampak perekonomiannya.

Perekonomian Thailand mengalami kinerja terburuk sejak krisis ekonomi di Asia pada 1997.

Untuk mencoba membantu ekonomi negaranya, Perdana Menteri Prayut Chan-Ocha mengindikasikan pada Jumat bahwa dia tak akan mendapat gaji selama tiga bulan.

Pembatasan datang ketika Thailand berusaha untuk membuka kembali negaranya sebagai tujuan wisata karena sektor ini menghasilkan hampir 20 persen dari pendapatan nasional dan industri pariwisata Thailand saat ini mengalami keterpurukan karena pembatasan perbatasan yang ketat dan tindakan karantina yang ketat.

Aturan bagi penawaran liburan bebas karantina kepada pelancong yang sudah divaksinasi sudah dimulai di destinasi pulau liburan populer Phuket pekan lalu, tetapi sejauh ini kedatangan turis dibatasi karena birokrasi.

Bulan lalu pemerintah Thailand juga telah mengumumkan rencana untuk membuka kembali negara itu bagi pengunjung yang divaksinasi penuh pada Oktober. AFP/CNA/I-1

Baca Juga: