Jelang KTT Asean di Laos, PM Thailand menyatakan bahwa Asean harus memainkan peran kunci dalam mengakhiri perang saudara yang berkepanjangan di Myanmar.

BANGKOK - Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, pada Senin (7/10) mengatakan bahwa Asean harus memainkan peran kunci dalam mengakhiri perang saudara yang berkepanjangan di Myanmar. Pernyataan PM Thailand itu disampaikan menjelang pertemuan puncak para pemimpin kelompok beranggotakan 10 negara itu di Laos pekan ini.

"Asean harus memainkan peran penting dalam membawa perdamaian kembali ke Myanmar sesegera mungkin," kata PM Paetongtarn dalam sebuah acara di Bangkok.

Myanmar telah dilanda kekacauan sejak Februari 2021 ketika militer menggulingkan pemerintahan sipil terpilih, yang memicu protes yang kemudian berubah menjadi pemberontakan bersenjata terhadap junta yang berkuasa.

Thailand akan bekerja sama dengan Malaysia, ketua Asean untuk tahun 2025, untuk menggunakan cara diplomatik guna menyelesaikan konflik tersebut, kata dia seraya menggarisbawahi apa yang mungkin menjadi upaya baru oleh blok tersebut untuk mendorong resolusi saat para pemimpin mereka berkumpul untuk pertemuan puncak tahunan pada tanggal 9 Oktober.

PM Thailand sebelumnya, Srettha Thavisin, mengatakan pada April lalu bahwa junta militer Myanmar telah melemah sehingga membuka peluang untuk perundingan. "Mungkin sudah waktunya untuk mengulurkan tangan dan membuat kesepakatan," ucap Thavisin.

Sejauh ini, upaya perdamaian oleh 10 negara anggota Asean yang dikenal sebagai Konsensus Lima Poin, hanya mengalami sedikit kemajuan sejak diluncurkan pada April 2021, meskipun ada seruan berulang kali untuk berdialog. Pihak junta Myanmar selalu menolak untuk terlibat dalam pembicaraan dengan para musuhnya dan menyebut mereka sebagai teroris yang ingin menghancurkan negara.

Konflik yang kian memburuk telah menyebabkan sepertiga dari 55 juta rakyat Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan dan isu ini akan menjadi agenda utama pada pertemuan di Laos.

Orang Kepercayaan

Sementara itu dari Yangon dilaporkan bahwa seorang sekutu dekat pemimpin demokrasi Myanmar yang ditahan Aung San Suu Kyi yaitu Dr Zaw Myint Maung, telah meninggal karena leukemia pada 7 Oktober, sebuah narasumber partai mengatakan kepadaAFP, beberapa hari setelah dibebaskan dari tahanan junta karena alasan kesehatan.

Dr Zaw Myint Maung, 72 tahun, yang menghabiskan sekitar dua dekade di penjara karena menentang militer Myanmar, adalah orang kepercayaan dekat Suu Kyi dan tokoh kunci Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Zaw Myint Maung ditangkap menyusul kudeta militer terbaru pada tahun 2021 dan dipenjara karena dakwaan korupsi. Ia baru-baru ini dibebaskan dengan alasan kesehatan.

"Kami mendapat konfirmasi atas kematiannya. Ini adalah kehilangan besar bagi kami karena ia adalah salah satu wakil ketua NLD," kata seorang narasumber senior partai yang meminta identitasnya dirahasiakan agar bisa berbicara kepada media. AFP/ST/I-1

Baca Juga: