Dalam upaya untuk membuat majelis tinggi lebih representatif, Thailand akan menggelar pemilihan senat untuk pertama kalinya sejak kudeta militer satu dekade lalu

BANGKOK - Thailand akan mengadakan pemilihan senat pada bulan Juni mendatang, kata pemerintah pada Selasa (23/4). Pemilihan ini merupakan yang pertama untuk majelis tinggi sejak kudeta militer satu dekade lalu.

Kantor berita Bloomberg melaporkan bahwa Thailand akan memulai proses pemilihan senator baru bulan depan, dalam sebuah upaya yang akan membuat majelis tinggi lebih representatif dibandingkan anggota parlemen yang ditunjuk oleh militer.

Kabinet Perdana Menteri Srettha Thavisin menyetujui rencana pemilu yang rumit dan multi-putaran ini yang tidak mencakup pemungutan suara publik secara penuh.

"Kabinet menyetujui rencana Komisi Pemilihan Umum untuk mengadakan pemilihan Senat multi-tingkat dalam sebuah pertemuan pada Selasa, " kata PM Thavisin kepada wartawan dalam sebuah pengarahan. "Badan pemungutan suara pada 13 Mei akan menyampaikan jadwal yang diusulkan untuk menerima permohonan dan menyelenggarakan pemungutan suara yang direncanakan pada 9-26 Juni," imbuh dia.

Referendum

Para menteri juga setuju untuk mengadakan referendum yang menanyakan warga Thailand apakah mereka akan mendukung perubahan konstitusi, yang disusun oleh junta yang berkuasa pada tahun 2017.

Senat, yang beranggotakan 250 orang yang ditunjuk oleh junta yang merebut kekuasaan pada tahun 2014, memainkan peran penting dalam menentukan hasil pemilihan umum tahun lalu.

Partai Move Forward (MFP) yang progresif memenangkan sebagian besar kursi di majelis rendah, namun pemimpinnya Pita Limjaroenrat dihalangi menjadi perdana menteri karena ia tidak memperoleh cukup dukungan di senat.

Srettha, yang partainya Pheu Thai menempati posisi kedua dalam pemilu, membentuk pemerintahan koalisi dengan partai-partai yang memiliki hubungan dengan militer.

Majelis tinggi akan dikurangi menjadi 200 senator, yang akan dipilih dari 20 bidang pekerjaan dan kehidupan yang berbeda termasuk keadilan, pendidikan, kesehatan masyarakat, industri, seni dan olahraga, lansia dan etnis minoritas.

Hanya mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi senator yang berhak memberikan suara, dengan tiga putaran pemungutan suara direncanakan pada tanggal 9, 16, dan 26 Juni.

Para kritikus mengatakan proses ini tidak demokratis dan rumit.

"Ini bukan pemilu karena anggota senat tidak datang langsung dari masyarakat," kata juru bicara MFP, Parit Wacharasindhu, kepada AFP. Hasil pemilu ini diharapkan keluar pada 2 Juli. AFP/Bloomberg/I-1

Baca Juga: