Tes darah dapat membantu mendeteksi terhadap sejumlah penyakit salah satunya serangan jantung. Memprediksi risiko bisa sangat membantu dalam mencegah serangan jantung.

Para peneliti sekarang telah menemukan bahwa tes darah sederhana, ketika digabungkan dengan alat online, dapat memprediksi risiko seseorang terkena serangan jantung dalam waktu enam bulan ke depan.

Para peneliti di Uppsala University di Swedia mengembangkan ide ini berdasarkan hipotesis bahwa beberapa proses biologis terjadi pada bulan-bulan sebelum serangan jantung, yang dapat diidentifikasi melalui tes darah.

"Waktu sebelum serangan jantung sangat dinamis. Sebagai contoh, risiko serangan jantung meningkat dua kali lipat selama satu bulan setelah perceraian, dan risiko kejadian jantung yang fatal lima kali lebih tinggi selama seminggu setelah diagnosis kanker," kata Johan Sundström, seorang ahli jantung dan profesor epidemiologi di Universitas Uppsala, yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Medical Daily, Selasa (20/2).

Para peneliti mengambil sampel darah dari enam kelompok di Eropa, yang terdiri dari 169.053 orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Dalam enam bulan, 420 di antaranya mengalami serangan jantung pertama. Para peneliti kemudian melihat sampel darah mereka dan membandingkannya dengan 1.598 orang sehat dari kelompok yang sama. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Nature.

"Kami ingin mengembangkan metode yang memungkinkan layanan kesehatan untuk mengidentifikasi orang-orang yang akan segera mengalami serangan jantung pertama mereka. Kami mengidentifikasi sekitar 90 molekul yang terkait dengan risiko serangan jantung pertama. Namun, sampel yang telah diambil dalam layanan kesehatan saat ini sudah cukup untuk memprediksi risiko tersebut. Kami berharap hal ini akan meningkatkan motivasi orang untuk minum obat pencegahan atau berhenti merokok, misalnya," ujar Sundström.

Tim peneliti juga mengembangkan alat online yang memungkinkan siapa pun untuk menentukan risiko mereka terkena serangan jantung dalam waktu enam bulan. Tim peneliti mengatakan bahwa dengan mengetahui risiko tersebut, pasien dapat termotivasi untuk melakukan perubahan gaya hidup dan mencegah serangan jantung.

"Ini adalah salah satu tujuan dari keseluruhan penelitian ini, karena kita tahu bahwa motivasi orang untuk melakukan perawatan pencegahan relatif rendah. Jika Anda mengetahui bahwa Anda memiliki peningkatan risiko terkena serangan jantung dalam waktu dekat, mungkin Anda akan merasa lebih termotivasi untuk mencegahnya," imbuh Sundström.

Para peneliti sekarang akan meneliti lebih lanjut molekul yang teridentifikasi untuk lebih memahami mereka dan mengeksplorasi kemungkinan pengobatan.

"Kami berharap dapat melakukan penelitian baru di Uppsala untuk melihat apakah alat online ini memberikan motivasi seperti yang kami harapkan," pungkas Sundström.

Baca Juga: