Korban tewas akibat gempa bumi Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin (6/2) meningkat menjadi 7.700 dan diperkirakan akan terus bertambah.

Hingga Rabu (8/2) pagi waktu setempat, tim penyelamat masih terus berupaya menarik korban selamat dari puing-puing bangunan runtuh sebelum akhirnya dihentikan akibat cuaca yang semakin dingin.

Wakil Presiden Turki Fuat Oktoy, sebagaimana diberitakan The Associated Press, mengatakan sedikitnya 5.894 orang tewas akibat gempa di Turki, dengan 34.810 lainnya luka-luka.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan 13 juta dari 85 juta penduduk negara Islam itu terkena dampak. Sekitar 380.000 terpaksa mengungsi di tempat penampungan baik yang disediakan pemerintah maupun di hotel. Erdogan juga mengumumkan keadaan darurat di 10 provinsi.

Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengatakan 1.647 orang tewas di Provinsi Hatay, menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah korban tewas tertinggi di Turki.

Pihak berwenang menghadapi kritik dari penduduk Hatay yang mengatakan upaya penyelamatan telah terlambat.

Berbicara kepada The Associated Press, Nurgul Atay yang merupakan salah satu warga mengakudia bisa mendengar suara ibunya di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di kota Antakya, ibu kota provinsi Hatay. Tetapi penyelamat tidak memiliki alat berat yang dibutuhkan untuk menyelamatkannya.

Di Suriah, korban tewas di wilayah yang dikuasai pemerintah telah meningkat menjadi 812, dengan sekitar 1.400 orang terluka. Sementara 1.020 orang tewas di akibat gempa yang juga mengguncang wilayah yang dikuasai pemberontak, dengan lebih dari 2.300 terluka.

"Kami tidak bisa menanggapi apa pun. Bantuan tidak datang, tidak bisa datang. Kami tidak dapat menjangkau siapa pun sama sekali. Di mana-mana hancur," kata Osman Can Taninmis, yang anggota keluarganya masih berada di bawah reruntuhan di Hatay, provinsi yang paling terpukul di Turki, seperti dikutip AP.

Di Suriah, warga menemukan bayi baru lahir yang masih terikat tali pusar ibunya yang sudah meninggal. Bayi itu adalah satu-satunya anggota keluarganya yang selamat dari runtuhnya bangunan di kota kecil Jinderis.

Upaya bantuan di Suriah terhambat oleh perang yang sedang berlangsung dan isolasi wilayah yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan jalan menuju perbatasan Bab al-Hawa, yang merupakan satu-satunya terminal di mana bantuan PBB diizinkan memasuki daerah yang dikuasai pemberontak telah rusak akibat gempa dan mengganggu pengiriman bantuan.

PBB pun kini tengah sedang "menjelajahi semua kemungkinan" untuk membawa pasokan bantuan ke wilayah barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak. Dujarric mengatakan PBB sedang mempersiapkan konvoi untuk melintasi garis konflik di Suriah.

Baca Juga: