Penelitian baru dari Harvard TH Chan School of Public Health telah menemukan korelasi antara kualitas udara di lingkungan kantor dan fungsi kognitif pekerja.

Mengutip dari laman Newatlas, studi internasional ini menemukan tingkat ventilasi yang rendah dan peningkatan kadar partikel dikaitkan dengan penurunan kinerja pada tes kognitif.

Selama lebih dari satu dekade para peneliti telah menyelidiki hubungan antara polusi udara dan kinerja kognitif, dengan sebagian besar pekerjaan ini berfokus pada hubungan antara fungsi kognitif dan paparan luar ruangan jangka panjang terhadap partikel halus (PM2.5).

Joseph Allen, penulis senior studi baru ini, adalah direktur Harvard Healthy Building Program. Selama beberapa tahun karyanya berpusat pada bagaimana kondisi lingkungan dalam ruangan mempengaruhi kesehatan umum seseorang.

Allen telah lama berargumen tentang manfaat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan sekarang dengan pandemi global yang membawa perhatian pada masalah seperti ventilasi gedung, dia melihat minat besar pada perusahaan yang ingin meningkatkan lingkungan dalam ruangan.

"Dunia terfokus dengan tepat pada COVID-19, dan strategi seperti ventilasi dan filtrasi yang lebih baik adalah kunci untuk memperlambat penularan penyakit menular di dalam ruangan," kata Allen.

"Penelitian kami secara konsisten menemukan bahwa proposisi nilai dari strategi ini meluas ke fungsi kognitif dan produktivitas pekerja, menjadikan bangunan sehat sebagai dasar bagi kesehatan masyarakat dan strategi bisnis untuk bergerak maju." tambahnya

Dan ventilasi tempat kerja yang buruk dapat memengaruhi lebih dari sekadar fungsi kognitif atau penularan COVID-19.

Minggu ini tim peneliti Inggris mempresentasikan data baru dari sebuah penelitian yang menunjukkan sejumlah pekerja di ruang kantor yang berventilasi buruk menderita asma.

"Kami biasanya menganggap kantor sebagai lingkungan yang aman, jadi mungkin saja ketika asma didiagnosis pada pekerja kantor, penyebab pekerjaan mungkin diabaikan," kata Christopher Huntley , pemimpin studi asma kerja baru.

"Akibatnya, hanya ada sedikit penelitian tentang masalah ini. Namun, kami telah mendiagnosis peningkatan kasus asma akibat kerja pada pasien yang bekerja di lingkungan kantor, serta mendeteksi kelompok kasus di kantor tertentu." tuturnya

Allen menyarankan fokus yang berkembang pada kualitas udara dalam ruangan ini diharapkan akan mengarah pada cara berpikir yang sama sekali baru tentang lingkungan buatan dalam ruangan.

Ini bisa menjadi salah satu hasil jangka panjang yang positif yang timbul dari pandemi global yang menghancurkan ini.

"Saya pikir akan ada keseimbangan mendasar dalam hal bagaimana kita berpikir tentang ruang dalam ruangan," kata Allen baru-baru ini dalam sebuah wawancara dengan Science .

"Saya pikir orang tidak akan mentolerir bangunan yang sakit, di mana Anda merasa lelah, mata Anda gatal, Anda sakit kepala, atau Anda dijejalkan ke dalam kantor seperti lemari tanpa jendela. Era itu sudah berakhir. Memang benar, dan selamat tinggal." ujarnya

Baca Juga: