JAKARTA - Ahmad Yani adalah salah satu jenderal yang jadi korban penculikan sekolompok tentara pimpinan Letkol Untung Sutopo pada dini hari 1 Oktober 1965. Dalam peristiwa berdarah itu, enam jenderal diambil paksa sekelompok tentara dari rumahnya masing-masing.
Enam jenderal itu merupakan pimpinan Angkatan Darat ketika itu. JenderalAhmad Yani, saat diculik untuk kemudian ditembak di rumahnya sedang menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat atau orang nomor satu di TNI Angkatan Darat.
Jenderal pimpinan teras Angkatan Darat lainnya yang jadi korban adalah Letjen Soeprapto, Letjen S Parman, Letjen MT Haryono, Mayjen Sutoyo dan Mayjen DI Pandjaitan. Dan satu perwira menengah Angkatan Darat, Kapten Pierre Tendean juga ikut jadi korban. Ikut diculik sekelompok tentara yang menyatroni rumah Jenderal Abdul Haris Nasution.
Jenderal Abdul Haris Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menko Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata, lolos dari penculikan. Meski kakinya sempat tertembak.
Kembali ke kisah Jenderal Ahmad Yani. Ada satu fakta menarik soal nama Ahmad Yani. Rupanya, nama Yani itu bukan nama pemberian kedua orang tuanya. Nama Yani yang disematkan di belakang nama Ahmad merupakan pemberian dari orang lain. Seorang Belanda.
Mengutip ulasan yang diunggah Pusat Sejarah TNI dalam website resminya, Ahmad Yani lahir di Jenar, sebuah daerah di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Ayahnya bernama Sarjo bin Suharyo atau yang lebih dikenal dengan panggilan M. Wongsorejo. Sementara ibunya bernama Murtini. Ahmad Yani merupakan putra tertua pasangan tersebut. Ia mempunyai dua orang adik bernama Asmi dan Asina.
Sejak kecil, Ahmad Yani sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Oleh Warga dikenal sebagai anak pemberani. Selalu dianggap pemimpin oleh teman-teman sebayanya. Satu waktu di kampungnya ada seekor kerbau ngamuk. Para warga pun sibuk coba menangkap kerbau ngamuk itu.
Ahmad Yani ikut bersama warga. Ia pun dengan sigap naik ke atas pohon. Dari atas pohon Ahmad Yani kecil menberikan komando dan instruksi kepada warga yang sedang sibuk menangkap kerbau ngamuk. Anehnya, instruksi dan komando Ahmad Yani itu diikuti oleh para warga tersebut. Hingga akhirnya kerbau ngamuk itu bisa diringkus.
Rupanya, peristiwa itu membuat seorang Belanda bernama Hulstyn. Hulstyn tidak lain adalah majikan ayahnya. Kemudian oleh Hulstyn, Ahmad kecil diasuh dan di sekolah. Bahkan, Hulstyn pula yang menambahkan nama Yani dibelakang nama Ahmad. Nama Ahmad Yani itu yang terus dipakai hingga akhir hayatnya.