Laju pesat modernisasi militer Korea Utara, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu dapat menggunakan senjata nuklir taktis untuk mengimbangi ketertinggalan mereka atas kemampuan militer konvensional Amerika Serikat (AS) dan sekutu regional yang unggul, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Bahkan, Tentara Rakyat Korea (KPA) menguji rudal balistik jarak pendek (SRBM) baru yang diklaim Korea Utara dirancang untuk meningkatkan kemampuan tempur nuklir Pyongyang, seperti dikutip dari Japan Times.

Korea Utara tampaknya merasa gusar dengan ketertinggalan dari negara tetangganya dalam perlombaan senjata regional yang sedang berlangsung. Dalam beberapa tahun terakhir misalnya, militer Korea Selatan dilaporkan Japan Times telah mengalami peningkatan yang signifikan di semua bidang kemampuan perang konvensionalnya, termasuk kapal perang, pesawat terbang, dan platform darat yang berkemampuan tinggi, senjata berpemandu presisi modern, dan sistem pertahanan udara canggih. Seoul bahkan memimpin dalam pengembangan platform tak berawak (UAV) serta pertahanan ruang angkasa dan sistem peperangan elektronik.

Soo Kim, seorang analis kebijakan dan pakar Korea di Rand Corporation yang berbasis di Washington mengungkapkan, menggunakan senjata taktis berkemampuan nuklir untuk mengatasi kesenjangan persenjataan antara kedua negara ini tentu akan menurunkan ambang batas untuk menyebarkan senjata semacam itu di Semenanjung Korea.

"Rudal taktis baru Korea Utara mengeja implikasi untuk wilayah terdekat. Mengingat waktu peluncuran rudal menjelang peresmian pemerintahan Yoon yang baru, membuat peluncuran 'senjata berpemandu taktis' baru dimaksudkan untuk mengirim pesan kepada presiden baru di Seoul," kata Soo Kim seperti dikutip dari Japan Times.

Ketegangan yang meningkat dengan Korea Utara diperkirakan akan menjadi agenda utama ketika Yoon bertemu dengan Presiden AS Joe Biden pada 21 Mei mendatang. Yoon, yang berusaha untuk memperkuat aliansi militer negaranya dengan Washington, telah meminta AS untuk memindahkan aset strategis ke Korea Selatan, seiringan langkah Pyongyang yang terus memajukan program senjata nuklir dan misilnya, meskipun ada sanksi Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: