Sirkadian Neanderthal telah membantu nenek moyang manusia saat ini beradaptasi dengan hari-hari musim dingin yang lebih pendek dan jauh dari garis khatulistiwa.

Warisan dari deoxyribonucleic acid (DNA) Neanderthal salah satunya membantu Homo sapiens menyesuaikan diri dengan perbedaan panjang siang dan malam yang lebih besar di garis lintang utara. Selain itu gen Neanderthal yang masih ada mempengaruhi jam sirkadian seperti mengatur proses internal seperti suhu tubuh dan metabolisme.

"Misalnya, beberapa orang yang bangun pagi dapat berterima kasih kepada Neanderthal atas gen jam sirkadian mereka," ucap John Capra, ahli genetika evolusioner di Vanderbilt University.

Sirkadian Neanderthal telah membantu nenek moyang manusia saat ini beradaptasi dengan hari-hari musim dingin yang lebih pendek dan jauh dari garis khatulistiwa.

"Sepertinya menjadi orang yang suka bangun pagi bukanlah hal yang penting," kata Capra. "Namun ini merupakan sinyal betapa fleksibelnya jam Anda dan seberapa mampunya beradaptasi terhadap variasi siklus terang-gelap seiring musim," imbuh dia.

Pada saat Homo sapiens tiba di Eropa, Neanderthal telah menghabiskan ratusan ribu tahun melawan infeksi khusus di Eurasia. Dengan mengawinkan Neanderthal, manusia modern mendapat suntikan gen pelawan infeksi tersebut.

"Potongan DNA Neanderthal, terutama yang memiliki kekebalan tubuh, yang telah beradaptasi melawan patogen yang telah lama hidup bersama Neanderthal, mulai meningkat frekuensinya akibat seleksi alam pada populasi manusia modern," jelas David Enard, asisten profesor ekologi dan biologi evolusi di Universitas Arizona, mengatakan kepada Live Science.

Meskipun banyak patogen nenek moyang yang menyebabkan penyakit pada manusia purba hilang seiring berjalannya waktu, beberapa gen Neanderthal juga membantu melawan patogen modern.

Misalnya, penelitian tahun 2018 yang dilakukan Enard dan rekannya mengungkapkan bahwa manusia modern mewarisi DNA Neanderthal. Hal ini membantu mereka memerangi virus RNA, kelompok yang saat ini mencakup flu (influenza), HIV, dan hepatitis C.

Beberapa gen Neanderthal yang pernah membantu nenek moyang mungkin berbahaya di dunia modern. Secara umum, gen Neanderthal tidak terekspresi secara kuat di otak, yang mengisyaratkan bahwa gen tersebut diseleksi secara kuat selama evolusi.

Gen Neanderthal telah dikaitkan dengan gangguan mood seperti depresi dan jalur sinyal otak yang membuat orang lebih mungkin menjadi kecanduan nikotin. Bahkan peningkatan kekebalan tubuh Neanderthal pun mungkin memiliki sisi negatifnya.

Pada 2016, para ilmuwan menemukan bahwa gen Neanderthal yang memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan patogen juga dapat menyebabkan orang terkena penyakit alergi. Selain itu, gen Neanderthal dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit autoimun.

Sementara itu, masih banyak lagi yang harus dipelajari tentang bagaimana Neanderthal meninggalkan jejaknya pada masyarakat sekarang. "Mampu memanfaatkan teknologi genomik baru seperti CRISPR dan pengeditan gen akan memainkan peran penting dalam memahami biologi sebenarnya yang mendasari bagaimana rangkaian Neanderthal berkontribusi pada sifat dan penyakit manusia," kata Joshua Akey, profesor genomik integratif di Universitas Princeton. hay/I-1

Baca Juga: