Dua perusahaan energi terbarukan Jerman berharap untuk membangun salah satu taman surya terbesar di negara itu menghadapi lusinan rintangan. Pembangunan pusat energi terbarukan yang rencananya berlokasi di distrik timur Barnim itu awalnya untuk meningkatkan keamanan energi menghadapi krisis pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, proyek itu tak juga mendapat lampu hijau walaupun Jerman dan Eropa tengah menghadapi krisis energi ketika Rusia yang menjadi andalan Jerman telah mengurangi pasokan gas dan meningkatkan kekhawatiran akan penghentian total.

Dikutip dari kantor berita Inggris Reuters, meskipun perusahaan terbarukan Notus dan Boreas pada bulan ini telah berhasil mengatasi keberatan dari pemerintah kota yang telah menghentikan rencana mereka selama 18 bulan. Keduanya masih harus mendapatkan persetujuan dari sekitar 30 badan publik. Orang dalam industri lantas menyerukan bahwa Jerman membutuhkan tindakan federal untuk menghilangkan serangkaian hambatan dalam investasi solar.

"Semakin sedikit waktu yang harus dihabiskan perusahaan surya untuk dokumen, semakin banyak sistem surya yang dapat mereka pasang di tahun-tahun mendatang," ujar Kepala asosiasi tenaga surya Jerman Carsten Koernig.

Koernig lantas menyerukan reformasi untuk mempermudah birokrasi dan menetapkan tenggat waktu yang jelas untuk mempercepat pengambilan keputusan. Pasalnya, Jerman harus menutupi 80 persen listriknya dari energi terbarukan pada tahun 2030. Persentase ini bahkan meningkat dari tujuan awal raksasa ekonomi Eropa itu sebelumnya sebesar 65 persen dan pangsa 41 persen pada tahun 2021. Parahnya, prosedur perizinan dan perencanaan proyek tenaga surya dengan skala yang sama di negara bagian Brandenburg memakan waktu rata-rata 10 tahun untuk berjalan. Walaupun, proyek Barnim bergerak relatif cepat dalam standar Jerman, perusahaan masih harus mempertahankan dukungan dari otoritas kota yang memiliki keputusan terakhir.

Pasalnya, walaupun proyek itu disambut baik oleh Walikota Simone Krauskopf mengingat dengan kapasitas terpasang yang direncanakan sekitar 110 megawatt peak (MWp), proyek yang akan menjangkau area seluas lebih dari 260 lapangan sepak bola ini dapat menyediakan listrik hijau untuk lebih dari 30.000 rumah tangga. Namun, mega proyek ini mendapat pertentangan dari sejumlah warga. Reuters menuturkan banyak warga menilai proyek itu hanya menguntungkan para pemilik tanah yang menyewakan tanah mereka kepada perusahaan dengan harga sekitar 2.000 hingga 3.000 euro per tahun per hektar. Sementara beberapa warga mengkhawatirkan dampaknya terhadap pariwisata lantaran taman surya akan dibangun di dekat desa Tempelfelde yang populer dengan perbukitan dan hutannya.

Seorang warga, Juliane Uhlig mengatakan proyek itu akan berdampak negatif pada bisnis pariwisata berkuda kecilnya. Ia dan sekitar 20 warga lainnya lantas memulai kampanye lokal untuk menekan perusahaan agar mengurangi proyek mereka atau mendorong dewan untuk menolak semuanya. Penolakan inilah yang membuat dewan kota lebih memilih untuk menentangnya pada November, sebelum menyetujuinya pada Juli ini. Akan tetapi, walaupun telah mendapatkan persetujuan dari dewan kota, Boreas dan Notus masih harus mengantongi sejumlah persetujuan demi memulai mega proyek taman surya.

Baca Juga: