Jakarta - Kinerja rupiah diperkirakan masih tertekan seiring dampak penaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Kenaikan bunga acuan The Fed (FFR) tersebut akan mengerek peningkatan imbal hasil yang ditawarkan AS sehingga dikhawatirkan akan memicu aliran modal keluar atau capital outflow dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong di Jakarta kemarin menyatakan sebagian pelaku pasar uang cenderung menahan diri untuk masuk ke negara berkembang mengingat imbal hasil yang ditawarkan Amerika Serikat (AS) meningkat pasca penaikan suku bunganya (Fed Fund Rate/ FFR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75 persen.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (22/3) sore, melemah 45 poin dari sehari sebelumnya menjadi 13.753 rupiah per dollar AS. "Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cenderung masih bergerak dalam area negatif, namun relatif terbatas mengingat ada penjagaan dari Bank Indonesia (BI)," ujar Lukman.

Ant/E-10

Baca Juga: