Pasukan Korsel melepaskan tembakan peringatan setelah tentara Korut melintasi perbatasan secara tidak sengaja.

SEOUL - Pasukan Korea Selatan (Korsel) telah melepaskan tembakan peringatan setelah tentara Korea Utara (Korut) melintasi perbatasan sekejap pada Minggu (9/6), kata militer Seoul pada Selasa (11/6). Insiden itu terjadi di tengah ketegangan yang kian meningkat terkait pengiriman balon pembawa sampah yang dilakukan Pyongyang dan kampanye balasan melalui pengeras suara yang dilakukan Korsel.

"Beberapa tentara Korut yang bekerja di DMZ (zona demiliterisasi) di front tengah sempat melintasi Garis Demarkasi Militer (MDL)," ungkap JCS dalam sebuah pernyataan, mengacu pada garis kendali antara kedua Korea.

"Setelah militer kami mengeluarkan siaran peringatan dan tembakan peringatan, mereka mundur ke utara," imbuh JCS seraya menambahkan bahwa tidak ada gerakan tidak biasa yang terlihat setelahnya dan menyatakan bahwa ada sekitar 20 tentara Korut yang melintasi perbatasan.

"Insiden melintasi garis yang memisahkan kedua perbatasan militer pada 9 Juni terjadi di daerah perbatasan yang dijaga ketat dan kemungkinan besar tidak disengaja," kata juru bicara Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel, Lee Sung-joon.

"Situasinya saat itu DMZ sudah ditumbuhi pepohonan dan tanda MDL tidak terlihat jelas. Tidak ada jalan raya dan (tentara Korut) bergerak melalui semak-semak, dan kami mengamati mereka, bahkan sebelum mereka mendekati MDL. Kami yakin mereka tidak berniat menyusup, mengingat mereka segera bergerak ke utara setelah siaran peringatan dan tembakan peringatan," papar Lee.

Hubungan antara kedua Korea yang secara teknis masih berperang karena konflik tahun 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai, saat ini berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam beberapa pekan terakhir, Korut telah mengirimkan ratusan balon berisi sampah ke arah selatan, yang disebut sebagai pembalasan atas balon-balon pembawa propaganda anti-Pyongyang yang dikirim ke utara oleh para aktivis.

Sebagai tanggapan, pemerintah Korsel telah menangguhkan perjanjian militer yang mengurangi ketegangan pada tahun 2018 dan memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan, sehingga membuat marah Korut dan memperingatkan bahwa Seoul sedang menciptakan krisis baru.

Militer Seoul mengatakan pada 10 Juni bahwa Korut mungkin juga akan memasang kembali pengeras suara mereka di sepanjang perbatasan, sebuah taktik yang telah digunakan sejak tahun 1960-an, yang biasanya menyiarkan pujian terhadap keluarga penguasa Korut. Pyongyang menghentikan kampanye tersebut pada2018 karena hubungan sempat memanas.

Uji Keadaan

Menurut Dr Ahn Chan-il, seorang pembelot yang menjadi peneliti yang menjalankan Institut Dunia untuk Studi Korut, insiden pada Minggu oleh tentara Korut bisa menjadi sebuah "provokasi kecil" untuk menguji keadaan sebelum tindakan yang lebih besar.

"Hal ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari persiapan Kim Yo-jong (saudara perempuan pemimpin Kim Jong-un yang kini menjabat sebagai juru bicara rezim) untuk apa yang dia gambarkan sebagai sebuah tindakan balasan baru," kata Ahn.

Para ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa keputusan untuk membatalkan perjanjian tahun 2018 dan memulai kembali siaran melalui pengeras suara, dapat mempunyai implikasi yang serius karena tindakan propaganda yang dilakukan sebelumnya mempunyai konsekuensi nyata terhadap hubungan antar-Korea. AFP/I-1

Baca Juga: