Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan akan meminta Majelis Umum PBB untuk menangguhkan keanggotaan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB pada Senin (4/4). Ini seiring Ukraina yang menduga pasukan Rusia membunuh puluhan warga sipil di kota Bucha.

Dua pertiga suara mayoritas dari 193 anggota majelis di New York dapat menangguhkan sebuah negara karena melakukan pelanggaran HAM berat dan sistematis secara terus menerus.

"Partisipasi Rusia di Dewan HAM adalah lelucon," kata Dubes AS Linda Thomas-Greenfield saat berkunjung ke Rumania, seperti diberitakan Reuters, dikutip dari Antara, Selasa (5/4).

"Dan itu salah, itulah kenapa kami yakin sudah saatnya Majelis Umum PBB mengumpulkan suara untuk mengeluarkan mereka," lanjutnya.

Ukraina menekankan, akan menggunakan seluruh 'mekanisme PBB yang tersedia' untuk mengumpulkan bukti kejahatan Rusia di negara tersebut.

"Tak ada tempat bagi Rusia di Dewan HAM PBB," ujar Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Selain itu, Thomas-Greenfield mengatakan bahwa dirinya ingin voting dilakukan pekan ini.

Sejak invasi Rusia di Ukraina dimulai pada 24 Februari, Majelis Umum PBB telah mengadopsi dua resolusi yang mengutuk Rusia dengan perolehan 140 suara.

"Pesan saya kepada 140 negara yang dengan berani berdiri bersama adalah gambar-gambar dari Bucha dan kehancuran di seluruh Ukraina mengharuskan kita untuk menyelaraskan kata dengan perbuatan," ucap Thomas-Greenfield.

Sementara di New York, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyebut upaya mengeluarkan Negeri Beruang Merah dari Dewan HAM sebagai 'sulit dipercaya'. Menurutnya, hal tersebut tidak akan membantu perundingan damai.

"Sekali lagi, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan ini tak akan memfasilitasi atau mendorong atau bermanfaat bagi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina," tutur Nebenzia dalam jumpa pers.

Ia juga mengulangi penolakan Rusia atas tuduhan kekejaman di Bucha dan menyebut rekaman video yang beredar sebagai rekayasa. Bahkan, kata Nebenzia, Rusia akan menunjukkan lebih banyak bukti terkait isu tersebut pada sidang Dewan Keamanan PBB yang dijadwalkan Selasa.

Wakil wali kota Bucha mengatakan sekitar 50 mayat yang ditemukan setelah pasukan Rusia ditarik dari kota itu adalah korban pembunuhan ekstra yudisial oleh tentara Rusia.

Otoritas Ukraina mengatakan mereka tengah menyelidiki kemungkinan terjadinya kejahatan perang di sana. Rusia membantah semua tuduhan terkait pembunuhan warga sipil di kota itu.

Rusia memasuki tahun kedua dari masa keanggotaan tiga tahun di Dewan HAM PBB yang beranggota 47 negara itu.

Dewan tersebut tak bisa membuat keputusan yang mengikat secara hukum, tapi keputusannya membawa pesan politis penting. Dewan itu dapat mengizinkan penyelidikan.

Bulan lalu mereka membuka penyelidikan atas tuduhan pelanggaran HAM, termasuk dugaan kejahatan perang di Ukraina sejak invasi Rusia. Dua pertiga anggota mendukung resolusi yang diusulkan Ukraina, sementara Rusia dan Eritrea menentang dan 13 lainnya, termasuk China, abstain.

AS mengatakan kejahatan perang telah dilakukan di Ukraina dan para pakar AS sedang mengumpulkan bukti untuk mendukung pernyataan itu.

Pada Maret 2011, Majelis Umum PBB secara bulat memutuskan untuk menangguhkan Libya dari Dewan HAM setelah pengunjuk rasa mendapat tindakan keras dari pasukan yang loyal kepada pemimpin Libya saat itu, Muammar Khadafi.

Baca Juga: