Sebuah laporan dari Rocky Mountain Institute mengungkapkan bahwa proyek-proyek tenaga angin dan matahari berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan lebih dari sepertiga listrik dunia pada tahun 2030 mendatang. Ini sekaligus menandakan bahwa sektor energi dapat mencapai perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan iklim global.

Sultan al-Jaber, presiden pertemuan iklim PBB berikutnya, COP28, pada awal tahun ini menyerukan peningkatan tiga kali lipat pembangkit energi terbarukan pada tahun 2030 untuk mengekang emisi gas rumah kaca dan membantu mencapai tujuan yang ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris 2015.

Pertumbuhan sektor yang eksponensial berarti proyek-proyek tenaga angin dan surya diprediksi akan menghasilkan setidaknya 33 persen dari listrik global. Angka tersebut naik dari sekitar 12 persen saat ini, yang mengarah pada penurunan pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil dan listrik yang lebih murah, demikian laporan RMI.

RMI, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat yang berfokus pada energi bersih, melakukan penelitian ini dalam kemitraan dengan Bezos Earth Fund, dana sebesar $10 miliar yang diciptakan oleh pemilik Amazon, Jeff Bezos, untuk membantu mendanai solusi terhadap perubahan iklim.

Biaya tenaga surya, yang sudah menjadi bentuk produksi listrik termurah, akan turun serendah $20 per megawatt hour (MWh) dari sekitar $40 MWh saat ini, seiring dengan semakin banyaknya proyek yang dijalankan dan meningkatnya skala ekonomi, demikian laporan tersebut.

"Manfaat dari penggunaan energi terbarukan yang cepat adalah keamanan dan kemandirian energi yang lebih besar, ditambah deflasi harga energi jangka panjang karena ini adalah teknologi yang diproduksi - semakin banyak yang dipasang, semakin murah harganya," kata Kingsmill Bond, Senior Principal di RMI, dikutip dari Reuters, Minggu (16/7).

Sebagai informasi, pembangkit listrik tenaga angin adalah sebuah infrastruktur atau fasilitas yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan energi kinetik yang dihasilkan oleh angin. Teknologi ini menggunakan turbin angin yang berputar ketika angin melaluinya. Gerakan turbin ini kemudian diubah menjadi energi listrik melalui generator yang terhubung ke turbin.

Keuntungan dari pembangkit listrik tenaga angin termasuk sebagai sumber energi yang bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polusi udara selama operasionalnya. Selain itu, angin sebagai sumber daya alam yang terbarukan dapat digunakan secara terus-menerus selama kondisi angin memadai.

Sedangkan, pembangkit listrik tenaga matahari, juga dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), adalah sistem yang menggunakan energi matahari untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini menggunakan panel surya atau sel fotovoltaik untuk menangkap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik berbagai aplikasi.

Namun, tantangan dalam pemanfaatan energi matahari termasuk fluktuasi produksi energi karena tergantung pada cahaya matahari, dan juga biaya investasi awal yang masih relatif tinggi meskipun telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, teknologi pembangkit listrik tenaga matahari terus berkembang dan semakin diadopsi sebagai salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan.

Baca Juga: