MOSKOW - Stasiun televisi milik pemerintah, Russia 1, baru-baru ini menyiarkan peringatan potensi kekalahan atas invasi yang dilancarkan Moskow di Ukraina.
Dalam sebuah program talk show, Selasa (16/5) malam, propagandis Kremlin, Vladimir Solovyov, menyuarakan soal konsekuensi kekalahan Rusia di Ukraina.

Dalam adegan acara yang di-tweet oleh jurnalis dan pengamat Rusia, Julia Davis, Solovyov berbincang dengan bintang tamunya, Karen Shakhnazarov, seorang pembuat film yang mengungkapkan tentang bagaimana perang Ukraina telah menjadi "masalah kehancuran kita".

Dilansir oleh Newsweek, Shakhnazarov mengungkapkan apakah orang Rusia sepenuhnya memahami "beratnya ancaman" yang ditimbulkan oleh akibat perang, dan bahwa konflik itu "jauh lebih kompleks dan berbahaya" daripada Perang Dunia II.

Dia juga menggambarkan bagaimana masyarakat Rusia modern tidak seperti yang ada pada 1941 saat Nazi Jerman menginvasi Uni Soviet karena tidak ada ideologi pemersatu.

Dalam pandangan Shakhnazarov, orang-orang Rusia kontemporer, tumbuh dengan mengkonsumsi budaya Amerika dan ada perpecahan internal di negara itu, dan kurangnya orang muda, yang berarti warga yang lebih tua bertugas di garis depan.

"Perang sangat menentukan bagi kita," kata Shakhnazarov. "Elit politik kita harus menyadari hal ini. Kita harus mulai mengakui bahwa ini bukan sekadar operasi militer khusus tetapi perang. Jika kita kalah dalam perang ini, kita akan menghilang seperti beberapa Suku asli Amerika yang lenyap begitu saja," tegasnya.

Lebih jauh, Shakhnazarov melanjutkan bahwa kekalahan Moskow di Ukraina akan mengarah pada buku-buku yang ditulis tentang "bagaimana Rusia kehilangan dirinya sendiri dan Eurasia".

Solovyov menimpali itu dengan mengatakan dia berharap Ukraina mengerti bahwa "jika kita kalah, kita membawa seluruh dunia bersama kita."

"Izinkan saya mengingatkan Anda apa yang Panglima Tertinggi katakan, 'siapa yang butuh dunia jika Rusia tidak ada di dalamnya?" kata Solovyov, mengacu pada kutipan Presiden Vladimir Putin .

Pemandu acara itu kemudian melanjutkan bahwa Rusia harus menggunakan senjata nuklir.

"Melepaskan batasan terhadap pengujian dan secara meyakinkan menunjukkan apa yang kita miliki," ujarnya.

Sejak dimulainya invasi, Solovyov telah berulang kali mengatakan bahwa Rusia harus memanfaatkan kemampuan senjata nuklirnya untuk menyerang negara-negara Barat yang mendukung Ukraina. Pekan lalu, dia mengatakan di acara radionya Full Contact bahwa "perang nuklir tidak bisa dihindari."

"Kita bahkan belum menunjukkan semua senjata kami," katanya dalam video yang di-tweet oleh Kremlin Yap, yang mengunggah konten propaganda Rusia di Twitter .

Solovyov mengacu pada potensi Poseidon, kendaraan bawah air tak berawak yang dilaporkan mampu mengirimkan hulu ledak konvensional dan nuklir.

Dia menggambarkannya sebagai "senjata sempurna melawan Inggris."

Ancaman Rusia menggunakan senjata nuklir taktis dalam perang di Ukraina telah membayangi konflik sejak dimulai.

Namun, para ahli mengatakan bahwa kemampuan yang ditunjukkan Kyiv untuk menembak jatuh enam rudal hipersonik berkemampuan nuklir Kinzhal yang ditembakkan oleh Rusia minggu ini dapat mengurangi kemungkinan Moskow mempertimbangkan eskalasi dari senjata konvensional.

"Kita tahu bahwa rudal ini bukan hipersonik atau tak terbendung," kata Sergej Sumlenny, pendiri European Resilience Initiative Center, sebuah think tank Jerman.

"Dari perspektif ini, kita juga harus menganalisis ancaman Rusia lainnya seperti ancaman nuklir. Apakah mereka benar-benar mampu menyerang kita?" katanya kepada Newsweek.

Baca Juga: