MOSKOW - Platform perpesanan Telegram telah melampaui 800 juta pengguna aktif bulanan dan tumbuh hingga 2,5 juta pendaftar setiap hari, kata sang pendiri Pavel Durov, Selasa (18/7).

"Kami senang dan berterima kasih, meskipun pertumbuhan besar-besaran ini juga berarti pengeluaran yang lebih tinggi untuk penyimpanan dan lalu lintas untuk melayani pengguna kami," tulis Durov dikutip RT.

"Untungnya, Telegram sangat efisien dalam hal pengeluaran dan kami memiliki awal yang baik dengan monetisasi tahun lalu," tambahnya.

Telegram belum menguntungkan, tetapi Durov mengatakan hampir mendekati tujuan itu "dalam jumlah absolut" ketimbang Twitter atau Snapchat.

Untuk membantu pembiayaan, Telegram telah menerbitkan sekitar 270 juta dolar AS obligasi minggu ini, dengan bantuan "dana terkenal dengan reputasi luar biasa". Durov mencatat bahwa dia menginvestasikan "puluhan juta" ke dalam obligasi baru, di atas ratusan juta yang dia habiskan untuk platform tersebut sepanjang sepuluh tahun terakhir.

"Beberapa orang menyarankan agar saya membeli rumah atau jet. Tapi saya lebih memilih untuk tetap fokus pada pekerjaan saya," katanya.

"Ratusan juta orang mendaftar ke Telegram karena mereka menginginkan platform perpesanan independen yang mengutamakan penggunanya. Menjadi tanggung jawab saya dan pekerjaan hidup saya untuk terus menghadirkan platform ini," katanya.

Forbes 2022 memperkirakan kekayaan bersih Durov mencapai 11,5 miliar dolar AS.Pengusaha kelahiran St. Petersburg dan saudaranya yang seorang ahli matematika Nikolay juga mendirikan VK - jawaban Rusia untuk Facebook - sebelum mengembangkan Telegram pada 2013.

Platform Telegram tumbuh secara eksponensial pada 2022, setelah WhatsApp milik Meta mengubah pengaturan privasinya.Platform ini termasuk dalam lima aplikasi unduhan teratas di seluruh dunia, dan menyumbang hampir 9 persenlalu lintas data seluler di Rusia.

Durov sendiri meninggalkan Rusia pada 2013 dan sejak itu memperoleh kewarganegaraan Prancis dan Uni Emirat Arab.Telegram sendiri terdaftar sebagai perseroan terbatas di Dubai, namun lokasi kantor pusat fisiknya belum diumumkan.

Awal tahun ini, Norwegia melarang Telegram dari perangkat pemerintah, mengutip kekhawatiran akan aplikasi yang "berasal dari Rusia". Sementara pengadilan di Brasil mencoba melarang aplikasi tersebut dengan alasan menolak untuk mengungkapkan informasi tentang dugaanakun "neo-Nazi".Namun, larangan itu dengan cepat dibatalkan.

Baca Juga: