JAKARTA - Kementerian Kesehatan, Pusat Kanker Nasional Dharmais, dan Roche Indonesia secara bersama meluncurkan program tele mentoring pertama menggunakan model ECHO (Extension for Community Health Outcomes). Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan akses dalam pencegahan, deteksi, dan penanganan kanker di daerah yang sulit mendapatkan pelayanan kanker.

Pada tahap awal, model tele mentoring yang dikembangkan oleh ECHO Institute, University of New Mexico Health Sciences Center, melibatkan dua rumah sakit yaitu RS Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda di Kalimantan Timur dan RS Sanglah di Denpasar, Bali. Di sini Dharmais berperan sebagai pengampu (hub), sedangkan kedua rumah sakit sebagai yang diampu (spokes).

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D. Sp. THT-KL(K) MARS, ECHO untuk mengurangi tantangan pelayanan kanker di daerah yang terbatas, karena kurangnya fasilitas, dokter spesialis kanker (onkolog). Kondisi tersebut menciptakan kesenjangan dalam hal angka kejadian, kematian, dan angka ketahanan hidup pasien kanker di daerah-daerah terpencil.

Program tele mentoring Model ECHO menggunakan pendekatan berbagi-pengetahuan (knowledge sharing) antara para ahli di rumah sakit pengampu (hub) dengan tenaga medis di rumah sakit daerah yang diampu (spoke). Di sini tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual.

"Sistem tele mentoring rumah sakit, yang merupakan platform berbagi ilmu dan informasi, menyusun stratifikasi pelayanan kanker serta analisis kesenjangan pelayanan kanker, dan dalam jangka panjang berkontribusi dalam pencapaian visi Program Nasional Penanggulangan Kanker," kata Abdul dalam webinar Selasa (23/2).

Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais, dr R. Soeko W. Nindito D., MARS, menjelaskan sebagai pusat kanker nasional, Dharmais telah mempersiapkan strategi baru untuk meningkatkan sistem rujukan kanker di seluruh Indonesia dan memetakan jejaring pusat-pusat kanker di tingkat provinsi dan regional.

"Dharmais juga mulai membangun sebuah sistem mentoring yang disebut SIMeKaRS (Sistem Mentoring Kanker Rumah Sakit) yang akan menjadi wadah berbagi ilmu dan informasi, menyusun stratifikasi pelayanan kanker serta analisa kesenjangan pelayanan kanker," ujar dia.

Dengan adanya tele mentoring model ECHO, Dharmais dapat memberikan akses bagi penyedia layanan kesehatan lokal untuk mempresentasikan kasus-kasus pasien mereka, melalui wadah telekonferensi yang aman. Materi kemudian ditelaah oleh dokter spesialis, lalu dapat dilakukan diskusi tentang tren dan protokol baru, dan masukan dari koleganya.

"Kami berharap dengan mengimplementasikan model ECHO, kami akan dapat memperluas pelayanan dan penanganan kanker yang berkualitas ke lebih banyak wilayah, terutama di wilayah-wilayah di mana pelayanan kanker masih terbatas," lanjut Soeko

Kemitraan untuk Project ECHO ini ditandatangani antara Pusat Kanker Nasional Dharmais dan Roche Indonesia pada 16 Desember 2020. Hal ini sebagai tindak lanjut dari kerjasama antara Roche dengan ECHO Institute, University of New Mexico Health Sciences Center di tingkat global, yang diimplementasikan di Indonesia, Filipina, Pakistan, Laos & Myanmar, Ghana, Pantai Gading dan Kanada.

"Kami berharap kemitraan ini akan berlangsung dalam jangka panjang dan membawa banyak dampak positif dalam upaya mengalahkan penyakit yang mematikan ini di Indonesia, untuk selamanya," tutup kata Presiden Direktur Roche Indonesia dr. Ait-Allah Mejri.

Baca Juga: