Sebuah fasilitas penyerapan karbon dioksida (CO2) sedang dibangun di Skotlandia untuk memerangi perubahan iklim. Fasilitas ini akan menyerap karbon di udara lalu selanjutnya diendapkan di dasar laut.

Perubahan iklim (climate change) sangat membahaya kehidupan di Bumi. Selain suhu Bumi yang semakin panas, es di kutub yang mencair, mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil, juga dapat menciptakan banjir bandang dengan dampak kerusakan luar biasa.
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change /IPCC), jika dunia ingin tetap aman, maka kenaikan suhu global perlu dijaga di bawah 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Yang menjadi kekhawatiran pada 2020 saja kenaikan suhu sudah mencapai 1,2 derajat Celcius.
Untuk menjaga agar suhu tetap rendah, dunia perlu langkah terobosan untuk mengekang laju emisi karbondioksida. Menurut IPCC pengurangan secara cepat CO2 dari emisi kendaraan, alat pemanas rumah, dan hampir setiap aspek kehidupan perlu dilakukan saat ini.
CEO Carbon Engineering, Steve Oldham mengatakan, dunia perlu menyedot sejumlah besar gas rumah kaca dari atmosfer agar tetap di bawah ambang batas 1,5 derajat Celcius. Penanaman pohon menjadi pendekatan penting untuk masalah ini, namun pendekatan teknologi bisa menangkap CO2 dari udara dengan lebih efektif.
"Bahkan jika semua tindakan lain yang kita ambil untuk menekan emisi karbon, seperti mobil listrik, energi terbarukan, dan sejenisnya jika berhasil Anda masih memerlukan penghilangan karbon," kata Oldham kepada BBC.
"Penangkapan udara langsung saya pikir akan menjadi bagian penting dari rencana Inggris menciptakan nol karbon. Teknologi kami dapat menyerap sekitar satu juta ton CO2 per tahun. Itu setara dengan 40 juta pohon," lanjut dia.
Oldham mengatakan, teknologi direct air capture (DAC) yang dikembangkan secara bersama antara perusahaan Inggris, Storegga dan perusahaan Kanada, Carbon Engineering, dapat menyerap 1 juta ton CO2 setiap tahun atau setara penyerapan 40 juta pohon.
Karbon dari pabrik yang akan beroperasi pada 2026 lalu disimpan secara permanen jauh di bawah dasar laut di lepas pantai Skotlandia. "Jika proyek ini terus berlanjut, hal ini akan menjadi fasilitas DAC terbesar di Eropa dan tergantung pada konfigurasi akhir, bisa menjadi yang terbesar di dunia," ujar dia.

Pilihan Terbaik
Sejak 2015 Carbon Engineering telah membuktikan kemampuannya dalam menyerap karbon dari udara. Pada pabrik percontohan mereka di Squamish, bagian dari Negara Bagian British Columbia, Kanada, dapat menyerap CO2 dari atmosfer sebesar 1 ton per hari.
Sistem menyerap karbon dengan kipas, setelah tersedot CO2 diikat dengan cairan khusus. Melalui penyempurnaan lebih lanjut, cairan diubah menjadi pelet kalsium karbonat. Ketika pelet dipanaskan hingga suhu 900 derajat Celcius, terurai menjadi aliran CO2 dan kalsium oksida.
Aliran CO2 murni dipompa ke laut atau dikubur secara permanen. Sedangkan karbondioksida yang bersih dapat dijual untuk penggunaan komersial atau bahkan diubah menjadi bahan bakar cair.
Oldham menjelaskan, Skotlandia dipilih karena tersedia tenaga kerja terampil karena terdapat industri minyak Laut Utara. Namun yang lebih utama adalah mudahnya pembangunan jaringan pipa menuju laut untuk menguburkan secara permanen karbon yang ditangkap.
"Kami ingin menempatkan pabrik sedekat mungkin dengan infrastruktur transportasi dan penyimpanan sehingga kami sebenarnya tidak perlu menanggung lebih banyak biaya untuk memindahkan karbon yang ditangkap ke lepas pantai dan kemudian ke bawah tanah," kata Alan James dari Storegga.
Seorang peneliti senior di The Grantham Institute for Climate Change and the Environment, Dr Ajay Gambhir, mengatakan untuk sektor-sektor yang sulit dihentikan, seperti perkapalan, penerbangan, dan industri minyak dan gas, penerapan teknologi DAC adalah pilihan yang terbaik untuk membatasi dampaknya terhadap iklim.
"Ini adalah strategi yang jauh lebih masuk akal untuk memperlakukan teknologi ini sebagai tambahan yang sangat bagus, kita harus bekerja keras pada mereka dan memastikan bahwa mereka dapat menjadi kompetitif secara biaya, dan ekonomis di tahun 2020-an," kata Gambhir. hay/I-1

Baca Juga: