Dengan populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 9,8 miliar pada tahun 2050 para petani ditantang menghasilkan lebih banyak dengan meningkatkan operasi dari tahun ke tahun. Perkembangan teknologi juga kian penting untuk membangun sistem pertanian pintar baru, salah satunya GPS.
Walaupun sebagian besar konsumen menggunakan GPS untuk sistem navigasi pada gawai pintar atau smartphone mereka, teknologi navigasi yang dikenal ramai pada 1996 itu telah berkontribusi mewujudkan operasional pertanian yang lebih berkelanjutan, baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Sementara kebanyakan orang berpikir pertanian merupakan praktik kuno yang tidak berubah dalam beberapa dekade, pertanian saat ini telah merangkul teknologi dengan cara yang transformatif. AI Savage, Manajer Jaringan StarFire dalam Intelligent Solutions Group (ISG) di John Deere, yang merupakan produsen alat-alat pertanian yang berbasis di AS, menuturkan GPS merupakan bagian integral dalam menghadirkan teknologi baru ke pertanian, seperti traktor otonom, penyemprot pintar dengan kecerdasan buatan (AI), dan alat pengumpulan data yang lebih baik.
Dikembangkan untuk melawan hegemoni kemajuan teknologi luar angkasa Rusia dengan Sputnik, GPS dikembangkan pada 1960-an sebagai sebuah sistem navigasi satelit pertama yang membantu kapal selam rudal balistik Angkatan Laut AS memperoleh informasi lokasi yang akurat. Barulah pada 1980-an, teknologi navigasi itu tersedia untuk konsumsi publik. Sekitar 16 tahun kemudian, Departemen Pertahanan AS secara resmi menamai sistem tersebut dengan Global Positioning System (GPS) pada 1996. Sejak saat itu, GPS terus berkembang dengan jangkauan penggunaan yang lebih luas termasuk bagi sektor pertanian. Melansir media Space, Para akhir 1990, GPS mulai digunakan para petani yang selanjutnya mengubah industri pertanian.
Pada tahun 2003, sebuah sistem pertanian mandiri pertama dikembangkan dengan akurasi tingkat tinggi. GPS membantu mampu menjaga peralatan pertanian tetap berjalan lurus melalui lapangan dan menghindari melindas tanaman selama lintasan berikutnya. Maju cepat hingga hari ini, GPS memungkinkan akurasi sub-inci di lapangan, yang membuka peluang bagi petani untuk membangun teknologi seperti AI dan otonomi serta menghadirkan presisi ke semua langkah produksi.
"Dengan menggunakan GPS, petani dapat dengan mudah menghitung rute optimal untuk traktor yang bergerak di ladang secara mandiri, yang memberi petani waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas lain atau menghabiskan waktu berharga bersama teman dan keluarga," tulisnya di Space.
Dalam peralatan yang menggunakan sensor, GPS membantu petani dapat menanam benih secara strategis dengan jarak yang sama satu sama lain. Teknologi ini memberikan setiap benih peluang terbaik untuk mencapai potensi sepenuhnya tanpa harus bertarung dengan benih lain untuk mendapatkan sumber daya seperti sinar matahari, air, dan nutrisi. Kombinasi internet of things (IoT) dan GPS juga memungkinkan petani untuk menganalisis data dari tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, data dapat membantu menginformasikan petani tentang tempat terbaik untuk menanam benih berdasarkan tren yang diidentifikasi dengan melihat keberhasilan dan kegagalan di masa lalu.