Blockchain digadang-gadang bakal menjadi teknologi masa depan yang mampu merevolusi zaman, setidaknya hal itulah yang diungkap CTI selaku penyedia solusi infrastruktur TI dalam ajang seminar dan pameran IT Infrastructure Summit yang akan berlangsung 7 Maret 2018.
Memasuki tahun kelima, konferensi ini akan membawa judul Blockchain: The Next Digital Revolution in Every Industry untuk membahas bagaimana Blockchain sebagai teknologi penyimpanan data mutakhir berpotensi mendisrupsi seluruh sektor industri berkat karakteristiknya yang terdistribusi, aman, dan tidak dapat diubah.
"Selama ini transaksi yang dilakukan oleh dua belah pihak memerlukan perantara dari pihak ketiga yang bertindak sebagaitrusted party,seperti bank misalnya. Dengan adanya teknologi Blockchain, transaksi dapat langsung dilakukan antar kedua belah pihak tanpa perantara. Itu hanya satu pengaplikasian Blockchain di industri keuangan dan ke depannya akan lebih luas ke berbagai industri. Melalui CTI IT Infrastructure Summit 2018 diharapkan rekan-rekan industri mendapatkan pemahaman menyeluruh terkait Blockchain untuk ke depannya dapat diimplementasikan demi keberhasilan bisnis," ujar Rachmat Gunawan, Direktur CTI Group, di Jakarta belum lama ini.
Sekilas, Rachmat menjelaskan mengenai Blockchain, yang ditemukan pada 2008 oleh Satoshi Nakamoto yang merupakan anonim dan hingga kini tidak diketahui identitasnya. Yang menarik juga Blockchain sebagai teknologi di balik Bitcoin, mata uang digital populer yang memiliki sejumlah karakteristik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, bahkan diprediksi mampu mendisrupsi berbagai industri.
Karakteristik tersebut diantaranya transparan, terdesentralisasi berkat tidak adanya pihak ketiga, tidak dapat diubah (immutable), bebas dari risiko downtime(high availability), aman, mudah, cepat, dan murah.
Tahun ini akan menjadi tahun kelima konferensi tersebut digelar,Infrastructure Summit yang diadakan oleh CTI memang selalu membahas teknologi yang sedang menjadi tren. "Kami membahas teknologi apa yang dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi teknologi yang akan diadopsi pelaku bisnis. Tahun ini adalah Blockchain, tahun lalu adalah machine learning," kata Rachmat.(ima/R-1)
Potensi Pemanfaatan yang Besar
Selain keuangan, Blockchain juga sudah diterapkan di industri kesehatan, seperti pada tiga perusahaan kesehatan di Amerika Serikat. Mereka menggunakan Blockchain untuk menyimpan catatan medis, memonitor pemberian resep obat, mendesain rencana pengobatan yang lebih terperinci, serta menciptakan pasar penelitian medis yang lebih terbuka untuk membantu proses penyembuhan penyakit kronis.
Dengan kehadiran Blockhain pula pasien, dokter, dan pihak berwenang lainnya dapat mengakses data pasien lebih cepat dan aman, seperti yang kita ketahui selama ini sistem penyimpanan data medis elektronik masih terpecah-pecah sehingga diagnosis dapat segera dilakukan dan lebih akurat.
Berdasarkan riset Accenture mencatat teknologi Blockchain dapat menekan biaya infrastruktur sebesar 30 persen pada delapan dari 10 bank investasi terbesar di dunia, atau sekitar 8 hingga 12 miliar dolar AS dari biaya tahunan di bank tersebut.
Sementara itu menurut Transparency Market Research, nilai pasar dari Blockchain diprediksi meningkat menjadi 20 miliar dolar AS pada 2024 dari 316 juta dolar AS pada 2015 dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 58,7 persen.
Rachmat menuturkan soal penerapan teknologi Blockchain di Indonesia tidak lah mudah. "Banyak tantangan dari segi teknologi dan dari segi perubahan itu sendiri. Penggunaan Blockchain juga tidak hanya mengubah sebuah perusahaan, tapi ekosistem dalam industri. Perlu disadari kalau kita membahas bitcoin itu tidak hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana mengubah model bisnis dan tatanan bisnis," ungkapnya.
Kendati demikian di Indonesia implementasi Blokchain sudah ada beberapa perusahaan yang telah menerapkannya, salah satunya adalah Pos Indonesia. Bahkan Rachmat menyebutkan ada beberapa bank dan perusahaan asuransi yang mulai tertarik untuk menggunakan Blockchain.
Secara global, dirinya memprediksi Blockchain akan mulai ramai digunakan pada 4-5 tahun kedepan, tak terkecuali Indonesia terlepas itu dari segala kendala yang akan dihadapinya, seperti skeptis terhadap penggunaancryptocurrency,yang merupakan salah satu aplikasi Blockchain, atau Bank Indonesia yang telah melarang penggunaan bitcoin atau mata uang virtual lainnya sebagai alat pembayaran. "Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Teknologi Blockchain akan merambah Indonesia kita harus siap, kalau tidak kita akan tertinggal oleh negara lain," terang Rachmat.
Ajang Penghargaan
Selain itu di ajang IT Infrastructure Summit juga akan diumumkan Pemenang iCIO Awards 2018, yang berisikan tiga belas CIO dan lima CEO dari berbagai latar belakang industri, yakni keuangan, baik bank dan non-bank, pemerintahan, manufaktur dan transportasi.
Berbeda dengan penyelenggaraan iCIO Awards sebelumnya, tahun ini akan dipilih chief executive officer (CEO) yang memiliki digital leadership terbaik untuk menerima penghargaan 'The Most Inspiring CEO'.
"Kami sangat mengapresiasi para CIO dan CEO yang telah mengikuti proses seleksi iCIO Awards 2018. Di era digital saat ini, TIK (teknologi informasi dan komunikasi) bukan lagi berfungsi sebagai support di perusahaan, melainkan telah menjadi sumber pendapatan. Semua CIO dan CEO berperan penting dalam memaksimalkan pemanfaatannya di perusahaan mereka. Para finalis telah berhasil meyakinkan para dewan juri terkait visi dan kontribusi mereka dalam meningkatkan hasil kineja perusahaan dengan memanfaatkan TI," ujar Harry Surjanto, Founder dan Advisor iCIO Community.
Sementara itu Najwa Shihab yang didapuk sebagai dewan juri menambahkan para finalis merupakan orang-orang yang tidak segan untuk mengambil risiko, belajar, dan membuka diri, "mereka tidak hanya memiliki kemampuan teknis TI, namun juga kemampuan lainnya," tuturnya.
Selain Najwa, sejumlah peneliti dan jurnalis menjadi anggota dewan juri, yakni Hendra Godjali (Partner & Service Line Leader Advisory Ernst & Young Indonesia), Prihadiyanto ( Managing Director Products Lead Accenture Indonesia), Arif Budisusilo (News Director Harian Bisnis Indonesia) dan Hasnul Suhaimi, (Associate Certified Coach-International Coach Federation).
ima/R-1