Jakarta - Perusahaan operator telekomunikasi didorong untuk membangun ekosistem inovasi. Hal ini guna mengembangkan teknologi digital sebagai solusi masa depan dalam upaya peningkatan daya saing industri nasional. Pasalnya, untuk mengimplementasikan industri 4.0, salah satu faktor pendukung utamanya adalah ketersediaan infrastruktur digital termasuk melalui internet of things (IoT).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan lima teknologi digital sebagai fundamental dalam penerapan revolusi industri 4.0 di Indonesia, yaitu IoT, artificial intelligence, wearable (augmented reality dan virtual reality), advanced robotics, dan 3D printing. "Jadi, hari ini kita fokus pada internet of everythings. Ini yang harus dikuasai oleh generasi muda kita," ujarnya pada peresmian Laboratorium IoT (IoT Lab), X-CAMP yang dibangun oleh PT XL Axiata Tbk di Jakarta, Selasa (13/11).
IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang ditanami perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas yang memungkinkan untuk terhubung dengan jaringan internet maupun mengumpulkan dan bertukar data.
Di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satu program prioritas yang perlu dilaksanakan adalah membangun infrastruktur digital nasional. Bahkan, berdasarkan penelitian dari McKinsey & Company, infrastruktur digital di Indonesia akan menciptakan peluang bisnis baru hingga 150-200 miliar dollar AS pada 2025-2030.
Pengguna Internet
Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna internet tertinggi di dunia, mencapai 143,26 juta orang atau lebih dari 50 persen total penduduk di Indonesia. Karena itu, guna mencapai target Making Indonesia 4.0, diperlukan 17 juta tenaga kerja yang dapat menguasai teknologi digital.
Airlangga menambahkan pangsa pasar IoT di Indonesia diperkirakan berkembang pesat dan nilainya bakal mencapai 444 triliun rupiah pada 2022. Nilai itu disumbang dari konten dan aplikasi sebesar 192,1 triliun rupiah, disusul platform 156,8 triliun rupiah, perangkat IoT 56 triliun rupiah, serta network dan gateway 39,1 triliun rupiah.
Pada periode sama, berdasarkan data Indonesia IoT Forum, kemungkinan ada sekitar 400 juta perangkat sensor yang terpasang, sebesar 16 persen di antaranya terdapat pada industri manufaktur, 15 persen di sektor kesehatan, 11 persen asuransi, 10 persen perbankan dan sekuritas, serta sektor ritel, gosir, perbaikan komputer masing-masing 8 persen.
Selanjutnya, sekitar 7 persen di pemerintahan, 6 persen transportasi, 5 persen utilities, serta real estate and business services and agriculture masing-masing 4 persen, dan sisanya 3 persen untuk perumahan dan lain sebagainya.
Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan Palapa Ring atau sebuah proyek serat optik sepanjang 36.000 kilo meter (km) di 440 kota di Indonesia, demi mendukung tercapainya akses internet. ers/E-10