JAKARTA - Dollar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (9/7) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Sabtu (11/7) pagi WIB, karena mata uang berisiko lebih disukai, dengan reli obligasi pemerintah AS kehabisan tenaga dan pasar saham global stabil. Kondisi tersebut bakal sedikit meredakan tekanan terhadap rupiah yang ditutup melemah pada akhir pekan lalu karena sentimen eskalasi Covid-19 di Indonesia.

Beberapa data AS yang lemah baru-baru ini, bersama dengan lonjakan kasus Covid-19 di banyak bagian dunia, telah memicu kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi global kehabisan tenaga, yang menyebabkan penurunan beruntun delapan hari imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang berakhir Jumat (9/7).

Indeks dollar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,252 persen menjadi 92,131.

"Penurunan greenback kemungkinan sebagian disebabkan oleh aksi ambil untung menjelang data inflasi utama AS untuk Juni yang akan dirilis minggu depan," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions. "Dollar yang bullish menarik beberapa keuntungan," imbuhnya.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup melemah tipis dibayangi kekhawatiran kasus Covid-19 yang terus berlanjut. Rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.528 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: