Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan masih berlangsung sepanjang bulan ini. Pasalnya, probabilitas kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dalam pertemuan FOMC bulan ini terus menguat, menyusul pernyataan hawkish Gubernur The Fed Jerome Powell belum lama ini. Seperti diketahui, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (2/3) sore, melemah 10 poin dari sehari sebelumnya menjadi 13.751 rupiah per dollar AS.

Bank Indonesia (BI) menyebut nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir bergerak di rentang Rp13.700-Rp13.800 per dollar AS sudah berada di bawah nilai fundamentalnya atau undervalued. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat pekan lalu, mengatakan fluktuasi nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir sudah berlebihan. Bank Sentral siap untuk melakukan stabilisasi di dua pasar, yakni pasar valas dan pasar surat berharga negara (SBN). "Kalau menurut BI, rupiah sebelum fluktuasi sekarang ini sudah undervalued. Kalau ada fluktuasi dalam beberapa hari terakhir, ya memang rupiahnya undervalued," kata Mirza. Mirza juga membantah BI sengaja membuat rupiah undervalued untuk mendorong nilai ekspor. Ant/E-10

Baca Juga: