Jakarta - Tekanan eksternal terhadap rupiah kembali bertambah. Kali ini, sentimen dari luar negeri berasal dari kebijakan bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBoC) yang sengaja memperlemah nilai tukar mata uang renminbi untuk menggenjot ekspor sehingga kembali meningkatkan tensi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).


Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan kebijakan PBoC menjadi salah satu pemicu mata uang di kawasan Asia cenderung melemah.


"Dengan latar belakang ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, PBoC memutuskan untuk menurunkan rasio cadangan wajib untuk beberapa bank pemberi pinjaman sebesar satu persen.

Kebijakan moneter itu menekan yuan, dan berimbas ke mata uang negara berkembang," paparnya.


Dia menambahkan, jika konfrontasi perdagangan antara AS-Tiongkok terus berlanjut, maka dapat memicu sejumlah masalah bagi ekonomi global yang akhirnya berdampak negatif bagi mata uang negara berkembang.


Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (9/10) sore, melemah 24 poin dari sehari sebelumnya menjadi 15.219 rupiah per dollar AS. Ant/E-10

Baca Juga: