JAKARTA - Menurut laporan terbaru dari Institut Kebijakan Ekonomi (Economic Policy Institute/EPI), yang berhaluan kiri, tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk aluminium yang berlaku sejak kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump telah menyebabkan peningkatan produksi, lapangan kerja, dan investasi modal oleh produsen domestik.

Studi yang dirilis oleh lembaga pemikir yang berbasis di Washington pada Selasa (25/5) itu mengatakan tarif aluminium 10 persen "Bagian 232", yang diperkenalkan pada Maret 2018 dan masih berlaku di bawah Presiden Joe Biden, telah menghasilkan enam miliar dollar AS dalam 57 proyek produk hilir aluminium.

Menurut laporan itu, proyek-proyek itu juga akan mempekerjakan lebih dari 4.500 pekerja tambahan, dan menambahkan lebih dari 1,1 juta metrik ton dalam kapasitas penggulungan dan ekstrusi tahunan.

"Kebangkitan industri aluminium Amerika Serikat, dengan efek knock-on minimal di bagian lain ekonomi, membalik klaim para kritikus, pakar, dan perwakilan dari banyak perusahaan di industri hilir, yang berpendapat bahwa tarif Pasal 232 akan berdampak buruk, pada berbagai industri domestik," tulis ekonom EPI, Adam Hersh dan Robert Scott, dalam laporannya.

Hidupkan Industri

Laporan itu juga mengkreditkan tarif dengan peningkatan 37,6 persen dalam peleburan aluminium primer antara Maret 2018 dan Februari 2020, dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya, menambah 1.095 pekerjaan dan menghidupkan kembali industri yang telah dihancurkan oleh impor bersubsidi dari Tiongkok, India, Russia, dan negara-negara Teluk.

Mantan Presiden EPI, ekonom perdagangan Thea Lee, awal bulan ini ditunjuk oleh pemerintahan Biden untuk mengepalai biro urusan internasional Departemen Tenaga Kerja, sebuah kantor yang membantu menegakkan ketentuan hak-hak pekerja dalam perjanjian perdagangan AS.

Studi terbaru ini muncul ketika Perwakilan Dagang AS, Katherine Tai, memulai pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Uni Eropa (UE) untuk menyelesaikan perselisihan mengenai tarif AS pada baja dan aluminium UE.

Kelompok industri baja AS, mengutip studi EPI serupa yang mendukung tarif baja Bagian 232, pekan lalu mendesak Biden untuk mempertahankan tarif tersebut.

Laporan tersebut menyatakan bahwa hubungan sebab akibat antara harga aluminium primer dan barang-barang penggunaan akhir yang terbuat dari aluminium, termasuk bir kaleng, produk konstruksi, furnitur dan badan kendaraan bermotor, menunjukkan efeknya menjadi "secara statistik nol hingga sepele secara ekonomi". n SB/Rtr/E-9

Baca Juga: