Bank nasional Indonesia, BNI berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit berada di kisaran 7 hingga 10 persen hingga akhir tahun ini, dengan menjadikan segmen korporasi sebagai salah satu motor pertumbuhan. Perseroan sendiri dilaporkan akan menarget nasabah-nasabah unggulan di masing-masing sektor, beserta dengan value chain business sang partner.

Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir menyampaikan, langkah ekspansi BNI kepada nasabah blue chip sejalan dengan kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent. Pasalnya, BNI mencatat banyak korporasi yang semakin adaptif dan terus semakin kuat menjadi katalis pemulihan ekonomi.

"Pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar terhadap ekonomi dan dalam jangka panjang serta dapat menghasilkan portofolio bisnis yang berkelanjutan bagi perseroan," kelas Silvano dalam keterangan resmi, Rabu (7/9).

BNI sendiri telah berhasil mencatatkan outstanding kredit korporasi sebesar Rp311,2 triliun pada semester pertama 2022, naik 8,28 persen secara tahunan (yoy). Pencapaian ini disebut Silvano utamanya didorong oleh pertumbuhan di segmen korporasi blue chip. Ia menegaskan momentum penyaluran kredit korporasi BNI dalam beberapa kuartal terakhir semakin membaik di mana penyaluran kredit selama kuartal 2 di tahun ini merupakan yang tertinggi pasca pandemi.

"Kami rasa momentum ini masih akan berlanjut di semester kedua tahun ini. Kami melihat masih banyak peluang yang bisa kami garap di segmen korporasi. Pertumbuhan domestic consumption yang relatif kuat akan mendorong perusahaan di berbagai sektor untuk melakukan ekspansi bisnis," jelas Silvano.

Silvano menjelaskan pencapaian tersebut juga tercermin dari indikator PMI (Purchasing Managers Index) BNI yang senantiasa di atas angka 50, artinya secara umum perusahaan dalam fase ekspansi. Sementara terkait tactical portfolio allocation, BNI melihat sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG) atau industri yang bergerak di bidang produk konsumen, telekomunikasi dan kesehatan sebagai sektor yang defensif dari sisi risiko, namun memiliki potensi pertumbuhan yang besar.

Walaupun mencatatkan hasil yang gemilang, BNI disebut Silvano masih harus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang mulai berimbas ke Indonesia, terutama dari sisi volatilitas nilai tukar dan imported inflation yang mulai terlihat di produk Bahan Bakar Minyak (BBM).

Selain itu, Silvano menerangkan semakin kompleksnya kebutuhan bisnis nasabah korporasi yang telah Go Global, BNI akan berupaya memberikan solusi yang lebih kompleks dengan kapabilitas Investment Banking yang terus ditingkatkan. Terlebih, perseroan telah berhasil merampungkan pendirian operasional BNI Sekuritas di Singapura, serta menarik talent-talent global yang menjadi spesialis di bisnis sindikasi dan investment di cabang-cabang luar negeri.

Melalui Platform Digital BNIDirect, BNI senantiasa membuka peluang bagi nasabah korporasi beserta value chain-nya guna menciptakan economies of scale yang lebih baik dengan sederet solusi komprehensif seperti payment dan collection, supply chain financing, trade finance, garansi bank, dan remittance.

"Ekspansi kami di bisnis internasional merupakan salah satu area yang akan terus kami explore untuk dapat mengoptimalkan jaringan global yang telah kami miliki untuk membentuk suatu ekosistem di pasar global bagi nasabah korporasi kami beserta value chain-nya, yang ke depannya kami harapkan dapat men-generate lebih banyak revenue bagi BNI," pungkas Silvano.

Baca Juga: