Dinas Sumber Daya Air menengarai keretakan tanah di Jakarta akibat adanya pergeseran tanah di Ibu Kota.

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan jalan retak di Jalan Kesatrian, Matraman, Jakarta Timur, bukan disebabkan adanya patahan aktif.

Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Jaya Murjaya, mengatakan patahan aktif berada di bawah tanah yang dalamnya mencapai jarak kilometer.

"Retakan itu bukan karena patahan. BMKG tak meyakini ada patahan aktif. Karena itu skalanya sangat kecil. Bicara patahan itu, bicara di kedalaman bumi sana yang mungkin berkilo-kilometer," kata Jaya saat dihubungi, Selasa (13/2).

Dia mengatakan saat ini BMKG tengah mengecek data gempa sejak 1800-an. Hal iniRetakuntuk memastikan tak ada patahan aktif di bawah tanah Jakarta yang dapat menimbulkan gempa.

"BMKG tak meyakini ada patahan aktif, maka dari itu BMKG sedang melakukan pengecekan data gempa sejak 1800-an. Tapi dari catatan searah, memang benar di Jakarta pernah terjadi kerusakan 1600-an, 1800-an. Tapi itu sumbernya (gempa) bukan dari Jakarta," ungkapnya.

Jaya mengimbau masyarakat tetap tenang. Dia mengatakan retakan yang berada di Jalan Kesatrian X RT 012 RW 003, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur, itu tak berkaitan dengan gempa. "Retakan itu tak ada kaitannya dengan gempa. Jadi masyarakat, kami BMKG, tak melihat sama sekali, ujar dia.

Klarifikasi

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sempat mengadakan pertemuan dengan BMKG. Jaya mengatakan pertemuan itu dilakukan untuk mengklarifikasi soal isu gempa megathrust atau gempa raksasa berkekuatan mencapai 9,0 skala Richter yang dapat terjadi di Jakarta.

Jaya mengatakan potensi terjadinya gempa megathrust zona subduksi (tumbukan lempeng) tidak berada di Jakarta. Namun dia memastikan sumber gempa itu berasal dari selatan Jawa Barat.

"Itu kan banyak isu gempa megathrust di media beberapa waktu lalu. Gempa megathrust itu sumbernya jauh di selatan Jawa Barat sana. Nah, gelombang esnya itu diperkirakan jika memang benar megathrust di daerah subduksi, sampai Jakarta itu gelombang esnya 20 detik setelah gempa," tuturnya.

"Jadi katakanlah itu gelombang es, gelombang yang merusak ya, 20 detik. Itu golden time. Tapi lagi-lagi sumbernya itu jauh di selatan Jawa sana. Karena masalah patahan di Jatinegara tak yakin, makanya melakukan penelitian gempa. Apakah benar ada patahan di Jatinegara," sambung Jaya.

Jalan retak ditemukan di Jalan Kesatrian X, RT 012 / RW 003, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur. Retakan jalan tersebut seluas kurang lebih 50 meter. Adapun jalan tersebut terletak di samping sungai Ciliwung. Menurut penuturan Lurah dan warga setempat, retak jalan terjadi sejak hari Minggu (11/2).

"Saya dapat laporan sejak hari Minggu pukul 23.00 WIB, memang saat itu belum besar dan sudah dilakukan hotmix oleh Sudin Bina Marga, tapi ya itu kondisinya lepas lagi," ungkap Lurah Kebon Manggis, Mesrarianita, saat ditemui di sekitar lokasi kejadian, Selasa (13/2).

Sementara itu, Kepala Sumber Daya Air, Teguh Hendrawan menyebut retakan tanah di jalan Berland, Matraman, Jakarta Timur, akibat adanya pergeseran tanah. Namun dirinya enggan menjelaskan secara lebih detail terkait retakan tersebut.

Ia mengatakan konsep yang berhubungan penataan sungai berada di bawah wewenang Balai Besar Wikayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). "Adanya pergeseran Tanah, itu yang menyebabkan terjadinya keretakan jalan," ucap Teguh. emh/P-5

Baca Juga: