Tanah longsor terjadi di lokasi tambang batu bara di Mongolia Dalam, Tiongkok, setelah dinding lubang runtuh dan mengubur orang dan mobil truk di bawahnya.

BEIJING - Lokasi pertambangan batu bara terbuka di wilayah Mongolia Dalam, Tiongkok utara runtuh pada Rabu (23/2) sore. Jumlah korban tewas menjadi empat orang, 49 orang masih hilang, televisi pemerintah CCTV melaporkan, Kamis (23/2).

Mengutip Associated Press, operasi penyelamatan ditangguhkan selama beberapa jam setelah longsor susulan pascaruntuhnya tambang fasilitas raksasa itu pada Rabu (22/2) di Liga Alxa di wilayah Mongolia Dalam.

Media pemerintah mengatakan, tanah longsor terjadi pada Rabu pukul 18.00, sekitar lima jam setelah runtuhnya salah satu dinding lubang yang mengubur orang dan truk tambang di bawahnya.

Kantor Berita resmi Xinhua mengatakan, sekitar 900 penyelamat dengan alat berat berada di tempat kejadian, upaya penyelamatan telah dilanjutkan pada Kamis (23/2) pagi.

Presiden Tiongkok Xi Jinping memerintahkan "upaya habis-habisan dalam pencarian dan penyelamatan", untuk "memastikan keselamatan jiwa dan harta benda orang serta menjaga stabilitas sosial secara keseluruhan."

Gambar-gambar insiden runtuhnya tambang yang didistribusikan CCTV menunjukkan dinding puing-puing besar meluncur menuruni lereng menyapu orang-orang dan kendaraan di bawahnya.

Perusahaan yang mengoperasionalkan tambang, Inner Mongolia Xinjing Coal Industry Co. Ltd., dikutip dan didenda tahun lalu karena berbagai pelanggaran keselamatan, mulai dari rute akses yang tidak aman ke permukaan tambang hingga penyimpanan bahan yang mudah menguap yang tidak aman dan kurangnya pelatihan untuk pengawas keselamatannya , menurut situs berita The Paper.

Mongolia Dalam adalah wilayah utama penambangan batu bara dan berbagai mineral serta logam tanah jarang, yang menurut para kritikus telah merusak lanskap asli pegunungan, stepa berumput, dan gurun.

Tiongkok sangat bergantung pada batu bara untuk pembangkit listrik tetapi mencoba mengurangi jumlah kecelakaan tambang yang mematikan melalui penekanan yang lebih besar pada keselamatan dan penutupan operasi kecil yang tidak memiliki peralatan yang diperlukan.

Sebagian besar kasus kematian di pertambangan dikaitkan dengan ledakan yang disebabkan oleh penumpukan metana dan debu batu bara, atau karena kasus tenggelam akibat penambang yang menerobos lubang yang telah ditinggalkan karena banjir.

Tiongkok mencatat banyak kecelakaan industri dan konstruksi yang mematikan dalam beberapa bulan terakhir akibat dari pelatihan dan peraturan keselamatan yang buruk, korupsi pejabat, dan kecenderungan mengambil jalan pintas oleh perusahaan yang mencari keuntungan. Perekonomian telah melambat, sebagian akibat dari lockdown dan karantina yang diberlakukan di bawah kebijakan "nol-Covid" yang sudah ditinggalkan.

Baca Juga: