Pembentukan kepribadian yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil berperan pada perjalanan kariernya sekarang hingga menduduki posisi sebagai International Director John Robert Powers.

Sejak dirintis pendiriannya sebagai agensi model oleh John Robert Powers (JRP), seorang aktor, di New York, AS, pada 1923, lembaga pendidikan JRP kini telah merambah ke berbagai negara dengan cakupan berbagai bidang, mulai public speaking, konsultan sumber daya manusia, hingga komunikasi. JRP sendiri pertama kali di Indonesia berawal di Jakarta pada 1985, dan kini telah berkembang di sebagian besar kota besar di seluruh Indonesia dengan beragam program seperti pertumbuhan pribadi, komunikasi, profil, konsultasi, coaching, pelatihan manajemen, perekrutan, bahasa Inggris, program anak-anak, dan industri hiburan.

Keberadaan franchise John Robert Powers di Surabaya dirintis oleh Indayati Oetomo pada tahun 1992. Alumnus Akademi Perusahaan Universitas Widya Karya Malang itu dipercaya sebagai kepala cabang. Berkat keterampilan organisasi dan pengawasannya, kini Indayati dipercaya sebagai Direktur Internasional John Robert Powers Indonesia.

Dengan tangan dinginnya, JRP Indonesia berkembang pesat, menerapkan metode kurikulum dan pengajaran terpadu, terdiri dari 60 persen praktik dan teori 40 persen. Sejumlah program ditawarkan mulai Pengembangan Kepribadian, Komunikasi, Profil, Konsultasi, Pelatihan Manajemen, Perekrutan SDM, Bahasa Inggris, Program Anak-anak, hingga Industri Hiburan.

Indayati lahir di Surabaya 60 tahun lalu, dari keluarga yang sederhana. Latar belakang lingkungan keluarga tersebut menjadi anugerah baginya, karena berhasil membentuk sikap dan kepribadian yang baik dan tangguh.

Menurutnya, pembentukan kepribadian yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil memberinya sifat yang perfeksionis, yang berperan pada perjalanan kariernya sekarang hingga menduduki posisi sebagai International Director John Robert Powers dan sebagai Pemegang Master Franchise Indonesia. "Saya tidak pernah mengenal kata menyerah sebelum mencoba. Saya baru lega apabila sudah melakukan keinginan-keinginan saya, apa pun risikonya, gagal ataupun berhasil," tuturnya.

Selepas kuliah, Indayati mengawali karier sebagai sales penjual buku-buku ensiklopedia. Pekerjaan itu membuatnya yakin bahwa keahlian marketing merupakan DNA dalam jiwanya.

"Saat itu saya harus menawarkan dari rumah ke rumah. Kemudian, saya pernah juga sebagai Sales Director distributor makanan dan minuman sebuah perusahaan. Semua pekerjaan yang saya lakukan tersebut justru menginspirasi saya untuk bisa menggeluti bidang pekerjaan yang output-nya adalah human capital," tegasnya.

Inovasi Program

Seiring berjalannya waktu, dengan berbagai terobosanterobosannya, Indayati dinilai sukses mengembangkan John Robert Powers di Surabaya. Selanjutnya, dia dipercaya oleh JRP Pusat di AS untuk mengambil alih manajemen JRP seluruh Indonesia pada tahun 2003.

Bersama dengan Indra Josepha, kini Indayati adalah pemegang Master Franchise untuk enam cabang JRP di Indonesia. Dia juga bertanggung jawab atas pelaksanaan quality control di cabangcabang JRP yang tersebar di kawasan Kuningan-Jakarta, Kelapa Gading-Jakarta, BSDJakarta, Medan, Surabaya, dan Bali.

"Umur JRP Indonesia saat ini sudah hampir 35 tahun. Kalau sampai saat ini masih eksis, itu yang pasti dikarenakan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami tidak pernah berhenti berinovasi dalam program-program, sambil tetap mengikuti dinamisasi zaman yang terus berjalan," paparnya.

Dia menjelaskan terobosan itu dimulai sejak tiga tahun yang lalu, saat JRP mulai sudah merambah ke segmen konsultan bisnis. Tim JRP yang terdiri dari praktisipraktisi dengan latar belakang berbagai profesi sangat menunjang dalam penataan manajemen sebuah perusahaan agar bisa terintegrasi secara keseluruhan.

Kalau bicara mengenai permasalahan yang dihadapi selama menjalankan JRP adalah kualitas SDM di Indonesia yang kurang memegang etika dalam berkarier maupun berbisnis.

Hal ini memang merupakan tantangan bagi yang ingin membangun human capital. Kondisi ini dialami sendiri di dalam lingkungan JRP. Untuk itu, JRP semakin berpengalaman dalam membaca karakter manusia. "Benar sekali kata-kata bijak yang mengatakan pengalaman lebih berharga daripada sekedar teori-teori," ujarnya.

Dia memaparkan perilakuperilaku yang kurang baik dari kalangan internal JRP, baik oleh staf ataupun instruktur, semakin membuatnya ahli dalam membidangi SDM. "Kendala yang muncul sama sekali tidak membuat kami terpuruk ataupun mental down. Justru yang kami pertanyakan, banyak perusahaan saat menggunakan jasa pelatihan pengembangan SDM, tidak lebih dahulu mempelajari latar belakang pengajarnya. Bagaimana agent of change akan

bisa mewujudkan human capital yang berintegritas kalau narasumbernya tidak jelas. Inilah kegagalan kualitas SDM di banyak perusahaan karena role model-nya saja tidak patut ditiru," kata dia.

Indayati berharap, keberadaan JRP di Indonesia dapat memberikan sumbangan dalam membentuk human capital bangsa. "Sekarang lazim disebut ikut berperan dalan revolusi mental manusia-manusia Indonesia," pungkasnya. selocahyo/AR-2

Baca Juga: