BEIRUT - Tim SAR menggali reruntuhan sebuah bangunan di Beirut untuk hari ketiga Sabtu (5/9). Mereka mengatakan tidak ada lagi harapan untuk menemukan seseorang dalam keadaan hidup, lebih dari sebulan setelah ledakan besar di pelabuhan mengguncang ibu kota Lebanon.

Sekitar 50 petugas dan relawan, termasuk sebuah tim khusus dari Cile, bekerja selama tiga hari untuk mencari kemungkinan korban selamat, setelah sensor pada Kamis (3/9) mendeteksi kemungkinan detak jantung dan panas tubuh.

"Secara teknis, tidak ada tanda-tanda kehidupan," kata Francisco Lermanta, kepala grup relawan penyelamat Topos Cile, dalam sebuah konferensi pers Sabtu (5/9) sore. Dia menambahkan bahwa petugas telah menyisir 95 persen dari bangunan itu.

Tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi dua hari terakhir, kata Lermanta, merupakan napas dari sesama petugas yang telah berada di dalam bangunan itu, yang terdeteksi perangkat sensitif. Dia mengatakan kini upaya akan dipusatkan pada pembersihan reruntuhan dan mencari jenazah.

"Kami tidak pernah berhenti bahkan dengan hanya 1 persen harapan," kata Lermanta mengenai pencarian jenazah. "Kami tidak akan berhenti sampai tugas selesai," demikian seperti dilansir VoA, Minggu (6/9).

Ledakan pada 4 Agustus itu menewaskan sekitar 190 orang, melukai 6.000 lainnya, dan menghancurkan sejumlah permukiman. Pihak berwenang mengadakan upacara pada Jumat (4/9) untuk menandai sebulan sejak ledakan itu mengoyak kota yang masih terdampak krisis ekonomi. I-1

Baca Juga: