JAKARTA - Kekurangan tenaga kerja pertanian dan populasi yang menua telah menjadi masalah yang dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia. Pemerintah berbagai negara secara aktif mendorong generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam konteks ini, promosi pertanian cerdas telah menjadi pemufakatan internasional yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi permintaan tenaga kerja. Dalam beberapa tahun terakhir, Kementerian Pendidikan Indonesia dan Kementerian Pertanian telah mempromosikan kebijakan yang disebut Petani Milenial.

Petani Milenial menggabungkan pertanian cerdas dan teknologi modern untuk mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan pertanian tradisional. Selain itu juga untuk meningkatkan pendapatan petani untuk menarik lebih banyak generasi muda untuk memasuki bidang pertanian.

"Salah satu solusi teknologi pertanian adalah pesawat tanpa awak (UAV). Pesawat ini dapat membantu secara atas berkurangnya tenaga kerja pertanian," tulis Taiwan Technical Mission (TTM) melalui siaran pers Senin (3/4).

TTM telah berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) di Sulawesi Selatan untuk mempromosikan penggunaan UAV pertanian, untuk mengatasi populasi yang menua dan kekurangan tenaga kerja di daerah pedesaan. Selain itu teknologi tersebut dapat mengurangi dampak lingkungan dari bahan kimia pertanian.

"Fokusnya terutama pada aplikasi perlindungan tanaman, seperti penyemprotan pupuk dan pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, dan sebagainya.). Melalui acara demonstrasi, personel sektor publik yang relevan diundang untuk berpartisipasi, dan diinstruksikan dalam penggunaan perangkat lunak tambahan seperti navigasi otomatis dan pemetaan medan, untuk membantu mereka memahami potensi UAV sebagai mesin pelindung tanaman.

Pertanian tradisional membutuhkan banyak tenaga kerja untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida, sehingga mempromosikan penggunaan UAV dapat secara efektif membantu mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja di daerah pedesaan. Pada saat yang sama, penggunaan UAV untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida juga dapat mengurangi dampak lingkungan. Tidak hanya jumlah bahan kimia yang digunakan lebih sedikit, penyemprotan juga lebih merata.

"TTM telah melakukan eksperimen di wilayah Gowa, yang menunjukkan bahwa mengganti penyemprotan manual dengan UAV dapat menghemat lebih dari 80 persen biaya waktu dan mengurangi penggunaan air hingga lebih dari 90 persen. Ini tidak hanya membantu memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja di daerah pedesaan, tetapi juga membantu mengurangi dampak lingkungan," lanjut siaran pers tersebut.

Baca Juga: