JAKARTA - Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sebesar 5,31 persen, lebih tinggi daripada 2021 sebesar 3,70 persen. Di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 19,87 persen sehingga diprediksi pada tahun ini bisnis kedua sektor tersebut akan menguntungkan.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi menjelaskan pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan terdapat komponen transportasi penumpang, namun lapangan usaha itu dapat memberikan gambaran perkembangan sektor logistik.
"Peluang jasa logistik terbesar pada 2023 diperkirakan pada lapangan usaha Industri Pengolahan yang pada 2022 berkontribusi terbesar terhadap PDB sebesar 18,34 persen (Rp 3.591,8 triliun) dan tumbuh tumbuh sebesar 4,89 persen," kata Setijadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/2).
Dia menambahkan, Peluang terbesar kedua pada lapangan usaha Perdagangan yang berkontribusi sebesar 12,85 persen (Rp 2.516,6 triliun) dan tumbuh sebesar 5,52 persen diikuti Pertambangan yang berkontribusi sebesar 12,22 persen (Rp 2.393,4 triliun) dan tumbuh 4,38 persen.
Untuk menangkap peluang itu, Setijadi mendorong penyedia jasa logistik melakukan lima hal. Pertama, meningkatkan kapabilitas melalui standardisasi proses, teknologi, dan SDM.
Kedua, meningkatkan kolaborasi antara penyedia dan pengguna jasa logistik, antar penyedia jasa logistik, serta antara penyedia jasa logistik dan operator fasilitas logistik.
Ketiga, katanya meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi seperti big data analytics, artificial intelligence, internet of things, dan blockchain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional logistik.
Keempat, meningkatkan value added services. Proses konsolidasi, misalnya, sangat diperlukan pada sektor pertanian, perikanan, dan UMKM karena para pelaku industri ini banyak dan tersebar dengan volume produksi masing-masing yang kecil.
"Logistik dapat mendorong lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang pada tahun 2022 berkontribusi terhadap PDB sebesar 12,40 persen (Rp 2.428,9 triliun), namun tumbuh hanya sebesar 2,25 persen, " katanya.
Terakhir, katanya dengan meningkatkan kapabilitas dalam pengelolaan rantai pasok komoditas secara end-to-end. Hal ini akan meningkatkan daya saing komoditas nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok komoditas global.