Swiss, salah satu negara terkaya di dunia memiliki tujuan iklim yang ambisius. Negara tersebut berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setengahnya tahun 2030 mendatang.

Namun, Swiss tidak bermaksud mengurangi emisi sebanyak itu di negaranya, melainkan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk negara-negara miskin seperti Ghana atau Dominika untuk mengurangi emisi di sana. Nantinya, kedua negara memberikan Swiss kredit dari kesepekatan tersebut.

Swiss akan membayar untuk memasang penerangan yang efisien dan kompor yang lebih bersih di hingga lima juta rumah tangga di Ghana. Proses instalasi ini akan membantu rumah tangga di Ghana menjauhi pembakaran kayu untuk memasak, sehingga bisa menekan emisi gas rumah kaca. Setelahnya, Swiss yang akan menghitung pengurangan emisi tersebut sebagai kemajuan menuju tujuan iklimnya.

Veronika Elgart, wakil kepala kebijakan iklim internasional di Kantor Federal untuk Lingkungan di Swiss mengatakan, pengaturan semacam ini dapat membawa tindakan iklim tambahan sambil menguntungkan negara tuan rumah.

Dalam konferensi iklim PBB di Sharm el Sheikh, Mesir pada pekan ini membahas salah satu pokok masalah terkait sejauh mana negara-negara kaya harus memberikan kompensasi kepada negara-negara miskin atas kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim, dan membantu mereka beradaptasi, terutama karena dunia yang lebih kaya secara tidak proporsional bertanggung jawab atas emisi karbon dioksida.

Para kritikus menyebut jika negara lain mengikuti jejak Swiss, bisa menunda aksi iklim di bagian dunia yang lebih kaya sambil mengalihkan pekerjaan pengurangan emisi ke masyarakat miskin global. Selain itu, dapat mengambil keuntungan dari proyek-proyek di negara-negara miskin yang akan tetap berjalan, dengan atau tanpa pendanaan asing.

"Ini adalah cara menyampaikan tanggung jawab untuk mengurangi emisi," kata Crispin Gregoire, mantan duta besar untuk PBB dari Dominika, dikutip dari New York Times, Selasa (8/11).

"Alih-alih mengurangi emisi itu sendiri, Swiss pergi ke negara lain yang memiliki emisi sangat rendah untuk memenuhi kewajiban itu," lanjutnya.

Swiss secara eksplisit tidak akan mencapai target pengurangan emisinya sendiri, dan perlu mencari setidaknya sepertiga dari pengurangannya di tempat lain. Ini sudah menghasilkan sebagian besar listriknya menggunakan energi terbarukan yaitu pembangkit listrik tenaga air dan nuklir, membuat pemotongan emisi lebih sulit.

Swiss sejauh ini telah menandatangani pakta dengan delapan negara, seperti Peru, Ghana, Senegal, Georgia, Vanuatu, Dominika, Thailand dan Ukraina, serta sedang dalam pembicaraan dengan setidaknya tiga negara lagi. Jepang dan Swedia telah mengatakan mereka berniat untuk mengejar pengaturan serupa.

Pakar pasar karbon di NewClimate Institute, sebuah organisasi di Cologne, Jerman, yang mendukung kebijakan iklim, Thomas Day khawatir kesepakatan tersebut bisa berakhir dengan mendanai proyek yang mungkin tengah berjalan.

Selain itu, Swiss juga bertujuan berinvestasi di Georgia dalam membuat bangunan umum lebih hemat energi. Namun, Georgia sudah merencanakan hal tersebut, yang berarti Swiss akan mendapatkan kredit untuk pengurangan emisi yang akan tetap terjadi.

Kemudian, Georgia harus Georgia harus mengambil proyek yang lebih sulit atau mahal untuk lebih memenuhi targetnya sendiri, sementara pada dasarnya memberikan kredit Swiss untuk pekerjaan yang lebih mudah.

Negara-negara kaya seperti Swiss memiliki kewajiban untuk membantu negara-negara berkembang tanpa menuntut imbalan, kata Jade Begay, direktur keadilan iklim di NDN Collective, sebuah organisasi sosial dan lingkungan yang dipimpin oleh masyarakat adat yang berbasis di Rapid City, S.D.

"Aturan yang mengizinkan kesepakatan semacam itu berbahaya," kata Begay,

"Karena memungkinkan negara-negara kaya terus mencemari, dan melanjutkan bisnis seperti biasa, yang merupakan akar masalahnya," lanjutnya.

Menurut sebuah analisis oleh Overseas Development Institute, kontribusi Swiss untuk pendanaan iklim global turun hampir 40 persen dari apa yang akan menjadi bagian mereka dari target yang disepakati secara internasional sebesar 100 miliar dolar AS per tahun. Ini juga tertinggal dalam tujuannya untuk pengurangan emisi di bawah kesepakatan Paris.

Baca Juga: