Sepanjang timur Afrika memiliki pelabuhan alami yang memudahkan kapal-kapal berlabuh. Kawasan ini menjadi tempat pertemuan pada pedagang Afrika, Arab, dan kawasan lain di Asia. Mereka menciptakan identitas unik yang disebut budaya Swahili.

Secara etimologi, Swahili adalah nama bahasa mereka dan berarti "orang pantai". Pesisir di kawasan ini berkembang menjadi sejumlah kota perdagangan independen yang penting seperti Mombasa, Mogadishu, dan Zanzibar.

Pada puncaknya dari abad ke-12 hingga ke-15, orang-orang di pesisir Swahili (Swahili coast) melakukan perdagangan dengan suku-suku di pedalaman Afrika hingga ke Zimbabwe serta melintasi Samudra Hindia melakukan transaksi di Arab, Persia, India, dan Tiongkok.

Istilah Swahili berasal dari kata Arab yaitu sahil (pantai) yang berarti "orang pantai". Ini tidak hanya mengacu pada wilayah pesisir Afrika timur dari Mogadishu di Somalia di ujung utaranya hingga Kilwa di selatan tetapi juga pada bahasa yang digunakan di sana, suatu bentuk bahasa asli Afrika yaitu Bantu yang muncul di pertengahan milenium pertama masehi.

Bantu adalah istilah yang mengacu kepada lebih dari 400 kelompok etnis di Afrika Sub Sahara dari Kamerun hingga Afrika bagian selatan. Suku-suku Bantu menuturkan bahasa dari rumpun bahasa yang sama yaitu bahasa Bantu. Namun, rumpun bahasa Bantu memiliki keberagaman seperti bahasa Indo-Eropa.

Belakangan, banyak istilah Arab dicampur dan Swahili menjadi lingua franca Afrika timur, bahkan jika dialek yang berbeda berkembang. Bahasa ini masih digunakan sampai sekarang di Afrika timur dan terus memperoleh kata-kata pinjaman asing serta kini merupakan bahasa nasional di Kenya dan Tanzania.

Pesisir Swahili pada era kuno cukup makmur berkat pertanian dan peternakan, dibantu oleh curah hujan tahunan yang teratur dan perairan pantai dangkal yang berlimpah dengan makanan laut. Perdagangan, yang dilakukan dengan perahu kano dan kapal layar kecil, pertama kali dimulai di sepanjang pantai ini antara masyarakat petani Bantu yang tinggal di sana pada abad pertama milenium pertama selama Zaman Besi di kawasan itu.

Perjalanan laut dibantu oleh barisan panjang terumbu karang yang melindungi perairan dangkal dan lebih tenang di antara mereka dan garis pantai serta keberadaan banyak pulau pesisir. Pulau-pulau ini menyediakan tempat berteduh dan titik perhentian yang berguna dalam perjalanan. Sedangkan pelabuhan alaminya terbentuk oleh dari bekas muara sungai.

Orang Bantu awalnya mendiami pedalaman. Mereka secara bertahap pindah dalam jumlah yang lebih besar ke pantai seiring berlalunya paruh kedua milenium pertama. Migrasi ke pesisir ini menciptakan lebih dari 400 pemukiman baru.

Rumah mereka dibangun dengan bahan bongkahan karang yang disatukan dengan mortar sebagai pengganti atau sebagai tambahan lumpur dan kayu.

Mereka memperdagangkan komoditas pesisir seperti perhiasan kerang untuk produk pertanian dari pedalaman yang lebih subur. Ketika jaringan perdagangan menyebar di sepanjang pantai, ide-ide dalam seni dan arsitektur juga ikut serta, begitu pula bahasa.

Kontak Perdagangan

Bahasa Swahili menyebar lebih jauh hingga mencakup 1.600 kilometer dari garis pantai Afrika. Apalagi mereka juga membuat kontak dengan orang-orang di Madagaskar, sebuah pulau terbesar di kawasan Afrika. Mereka juga berdagang sangat jauh lintas budaya, termasuk dengan Indonesia.

Sejak abad ke-7, jumlah pedagang yang mengarungi Samudra Hindia berkembang pesat dan mencakup mereka yang berasal dari Laut Merah (dan juga Kairo di Mesir), lalu Arab dan Teluk Persia. Kapal dhow Arab dengan layar segitiga khasnya memenuhi pelabuhan pantai Swahili. Perdagangan bahkan dilakukan melintasi Samudra Hindia dengan India dan Sri Lanka, serta Tiongkok dan Asia tenggara.

Pelayaran laut jarak jauh dimungkinkan oleh pergantian angin muson yang bertiup ke timur laut pada bulan-bulan musim panas dan berbalik arah pada bulan-bulan musim dingin. Perjalanan laut jauh lebih mudah dan lebih cepat daripada perjalanan darat saat ini.

Sejak pertengahan abad ke-8, para pedagang Muslim dari Arab dan Mesir mulai menetap secara permanen di kota-kota dan pusat perdagangan di sepanjang pantai Swahili, terutama di pulau-pulau pesisir yang lebih aman. Pada abad ke-12 datang pemukim dari Persia yang dikenal sebagai orang Shirazi.

Penduduk asli Bantu dan semua orang asing ini bercampur, seperti halnya bahasa mereka, dengan kawin campur menjadi hal yang umum dan akibat perpaduan praktik budaya yang mengarah pada evolusi budaya Swahili yang sepenuhnya unik. hay/I-1

Alami Kemunduran Sejak Kedatangan Portugis

Majunya perdagangan di sepanjang pantai Afrika bagian barat ditandai dengan banyak berdiri kota-kota dagang pada abad pertengahan. Terdapat lebih dari 35 negara kota berderet di sepanjang pesisir Swahili.

Kota-kota itu diurut dari utara ke selatan adalah Mogadishu, Merca, Barawa (alias Brava), Kismayu, Bur Gao (alias Shungwaya), Ungwana, Malindi, Gedi, Mombassa, Pemba, Zanzibar, Mafia, Kilwa, Ibo, dan masih banyak lagi.

Negara-kota ini, dengan pengecualian Mogadishu, jarang menggunakan segala bentuk kontrol politik yang lebih luas di luar wilayah terdekatnya. Bahkan tidak ada pengaruh budaya yang sangat besar atas interior daratan. Namun, karena banyak kota tidak dapat menghasilkan cukup makanan, pasti ada pengaturan dengan suku-suku lokal di daratan yang menyediakan biji sorgum, beras, pisang, ubi, kelapa, dan banyak lagi.

Komoditas dagang yang didatangkan ke negara-kota Swahili dari pedalaman Afrika. Barang-barang ini dapat dikonsumsi di kota-kota itu sendiri, diteruskan ke komunitas Afrika lainnya (setelah pembayaran bea kepada penguasa kota) atau diekspor dari benua melalui laut. Di arah lain, barang datang dari Arab, Persia, dan India melalui tempat-tempat ini, dari Tiongkok dan Asia tenggara.

Produk asing dari kawasan yang jauh itu dikonsumsi di negara-kota Swahili dan diperdagangkan ke permukiman Afrika di seluruh Afrika timur dan selatan. Namun demikian negara-kota Swahili juga memproduksi barang-barang untuk penduduknya sendiri dan untuk perdagangan seperti tembikar, kain, dan siwa yang dihias, terompet kuningan khas daerah tersebut.

Barang-barang dari Afrika antara lain logam mulia emas, besi, dan tembaga, gading, kain katun, tembikar, cangkang kura-kura (untuk membuat sisir), kayu (tiang bakau), dupa (kemenyan dan mur), rempah-rempah, batu kristal, garam, biji-bijian, beras, kayu keras (cendana dan eboni), parfum (ambergris yang berasal dari paus sperma), tanduk badak, kulit binatang (macan tutul), dan budak.

Sedangkan barang-barang yang diimpor dari luar Afrika seperti porselen, tembikar dari negara-negara Muslim, perhiasan logam mulia, sutra dan kain halus lainnya, gelas, manik-manik kaca, dan lainya. Pedagang menukar barang-barang ini dalam sistem barter di mana satu komoditas ditukar dengan yang lain.

Tetapi beberapa kota besar seperti Kilwa mampu mencetak koin tembaga mereka sendiri dari abad ke-11 atau ke-12. Ada juga komoditas mata uang yang disepakati secara umum seperti ingot tembaga atau cangkang cowrie.

Awal dari akhir negara-kota Swahili adalah kedatangan seorang Vasco da Gama pada tahun 1498-1499. Penjelajah Portugis dengan berani berlayar di sekitar Tanjung Harapan dan sampai ke pantai timur Afrika.

Mereka yang mengikuti jejaknya mencari satu hal yaitu kendali penuh atas jaringan perdagangan Samudra Hindia. Dengan senjata yang lebih rendah dan kurangnya kerja sama antara negara-kota, pantai Swahili tidak mampu melakukan banyak pertahanan.

Kemunduran Swahili terjadi pada abad ke-16 dengan kedatangan orang Portugis yang rakus. Bangsa ini menghancurkan kota, membangun benteng, dan secara umum menghancurkan jaringan perdagangan yang sangat seimbang yang mereka manfaatkan.

Portugis membangun pangkalan besar di Goa, India, dan mereka berharap dapat menguasai kedua sisi Samudra Hindia. Dengan membangun benteng, terutama di Sofala pada 1505, Pulau Mozambik pada 1507, dan Shama pada 1526, memastikan bahwa mereka berada di Afrika timur untuk tinggal selamanya.

Portugis tidak tertarik untuk membangun pengaturan perdagangan yang saling menguntungkan dengan kota-kota Swahili atau kerajaan pedalaman Afrika. Mereka hanya ingin mengekstraksi segala sesuatu dan segala sesuatu yang berharga dengan biaya sesedikit mungkin. Setiap pedagang saingan akan dibuang di luar, kota mereka dihancurkan, dan barang dagangan dicuri.

Portugis mencoba merebut emas dari sumbernya, dan salah satunya, yang terkenal dengan emasnya, adalah Kerajaan Mustafa di Zimbabwe modern. Setelah menaklukkan kerajaan lokal itu pada 1633, orang Eropa kecewa karena menemukan tidak banyak emas, tentu saja tidak dibandingkan dengan Afrika barat dan Peru Inca.

Bosan dengan tingkat kematian yang mengerikan yang disebabkan oleh penyakit tropis, mereka meninggalkan Afrika timur bagian utara dan tengah dengan caranya sendiri dan berkonsentrasi pada Mozambik.

Tetapi sebelumnya menyebabkan gangguan sedemikian rupa sehingga masa kejayaan Pesisir Swahili diakhiri. Namun, beberapa negara kota melakukan perdagangan hingga abad ke-18 di bawah kendali Kekaisaran Oman, menjadi pengekspor utama budak dan gading. hay/I-1

Baca Juga: