Survei terbaru dari Wise mengungkapkan banyak pelajar Indonesia belum siap menghadapi tantangan pengelolaan keuangan saat studi di luar negeri.
JAKARTA - Survei terbaru dari Wise, perusahaan teknologi global yang menyediakan cara terbaik untuk mengirim dan mengelola uang secara internasional, mengungkapkan bahwa banyak pelajar Indonesia belum siap menghadapi tantangan pengelolaan keuangan saat studi di luar negeri. Lebih dari setengah responden (54%) merasa khawatir atau sangat khawatir dalam mengelola keuangan di luar negeri, menurut hasil survei.
Survei yang dilakukan Wise bersama dengan konsultan pendidikan NIEC Indonesia ini melibatkan lebih dari 200 pelajar Indonesia, baik yang sedang atau masih merencanakan studi di luar negeri. Survei ini untuk memahami keterampilan keuangan, kekhawatiran finansial ketika studi di luar negeri, serta pemahaman tentang biaya tersembunyi dalam transaksi uang internasional. Hasil temuan tersebut dipaparkan pada acara talk show "Money Matters: Managing Finances for a Successful Study Abroad" yang diselenggarakan di World Education Festival pada 19 Oktober 2024.
Survei ini mengungkapkan adanya ketimpangan yang signifikan dalam kesiapan pengetahuan finansial pelajar untuk hidup di luar negeri. Lebih dari setengah (55%) responden yang berencana kuliah di luar negeri masih meminta bantuan atau sepenuhnya bergantung kepada orang lain-umumnya orang tua atau wali-untuk mengelola keuangan mereka. Bagi banyak pelajar, studi di luar negeri akan menjadi pengalaman pertama mereka dalam mengelola uang secara mandiri, yang dapat menimbulkan rasa tidak siap dan kecemasan selama masa transisi tersebut.
Selain itu, 25% responden mengaku sering menemukan perbedaan antara anggaran yang direncanakan dan pengeluaran aktual. Perbedaan ini jauh lebih tinggi (67%) di kalangan pelajar yang sudah di luar negeri, menggarisbawahi tantangan pengelolaan keuangan di negara asing.
Zahid Ibrahim, YouTuber dan Mahasiswa di Ritsumeikan Asia Pacific University, membagikan pengalamannya. "Sebelum pindah ke luar negeri, aku sudah merencanakan budget untuk biaya sekolah, akomodasi, dan kebutuhan sehari-hari. Tapi, waktu sampai di Jepang, aku tetap kaget dengan biaya hidup yang lebih tinggi dan menjadi ragu untuk mengeluarkan uang. Bahkan, dirinya sampai enggak mau memotong rambut. Ada juga biaya-biaya tak terduga, seperti perlengkapan kuliah tambahan," katanya, Sabtu (19/10).
"Selain itu, aku dan orang tua sering menghadapi biaya tinggi dan nilai tukar yang berubah-ubah saat kirim uang dari Indonesia ke Jepang, atau sebaliknya. Jumlah uang yang kami terima seringkali lebih sedikit dari yang dikirim, yang tentu saja berdampak pada budgeting-ku," ungkapnya.
Zahid mengaku mengetahui Wise tak lama setelah pindah ke Jepang melalui teman dan Google. "Sekarang, setiap kali aku mengirim uang atau terima uang dari luar negeri, pengirimannya hampir instan, dan aku tahu persis nilai yang diterima karena sudah diberi tahu biayanya di awal, tanpa mark-up kurs. Ini membuat pengelolaan uangku jauh lebih mudah," tambahnya.
Elian Ciptono, Head of Southeast Asia Expansion dan Country manager Wise di Indonesia, serta Zahid membagikan tips supaya pelajar dapat mengelola keuangan mereka lebih baik di luar negeri.
Elian menjelaskan, sebelum studi di luar negeri, mulailah mencatat pengeluaran dan belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Carilah saran dari anggota keluarga, teman, atau mentor berpengalaman dalam keuangan. Selain itu, pelajar juga dapat menggunakan website gratis, seperti Khan Academy untuk meningkatkan literasi keuangan, serta mengunduh aplikasi budgeting agar dapat mengatur pengeluaran dengan lebih efektif.
"Saat studi di luar negeri, rencanakan anggaranmu dalam mata uang lokal negara tujuan, meskipun kamu menerima dana dalam Rupiah. Dengan cara ini, kamu dapat mengetahui biaya hidup yang sebenarnya dan mencatat pengeluaran seperti biaya kuliah, tempat tinggal, makanan, dan transportasi dengan lebih tepat. Rencanakan transfer uang ke luar negeri atau konversikan rupiah ke mata uang lokal ketika nilai tukar bagus, sehingga pengeluaranmu selama di luar negeri lebih hemat," ungkapnya.
Layanan transfer tradisional memakan waktu 3-5 hari kerja, dan seringkali mengenakan biaya transfer yang tinggi serta mark-up nilai tukar. "Gunakan platform seperti Wise, yang memungkinkan pengiriman uang cepat ke lebih dari 70 negara, dengan nilai kurs tengah dan biaya muka yang transparan," paparnya.
Hal lainnya lanjut dia, situasi tak terduga, seperti keadaan darurat medis, perubahan tempat tinggal mendadak, dapat terjadi di luar negeri. Oleh karena itu, memiliki dana darurat khusus, yang dapat menutup biaya hidup selama 3-6 bulan, dapat membantu pelajar menghindari keputusan finansial yang impulsif, seperti berutang. Memulai dari jumlah yang kecil dan secara bertahap meningkat juga dapat menjadi strategi yang bijaksana.
Elian Ciptono mengatakan, ketika pelajar Indonesia memulai perjalanan akademik mereka di luar negeri, pengelolaan keuangan menjadi sangat penting. Dengan meningkatkan literasi keuangan dan mulai membuat keputusan yang bijak, pelajar dapat fokus pada hal-hal yang penting, seperti menikmati pengalaman kuliah di luar negeri dan mencapai tujuan akademik mereka.