Sumber Air Bekasi 60 Persen Tercemar E-Coli

BEKASI - Hampir 60 persen dari 500 sumber air tanah di Bekasi sepanjang tahun 202-2022 tercemar bakteri Escherichia Coli (E-coli). Informasi ini disampaikan Fakultas Teknik Universitas Indonesia bersama Institute for Suistanable Futures (ISF), University of Technology Sydney (UTS).

Hal ini menunjukkan air minum kebanyakan masyarakat Bekasi belum aman dikonsumsi. Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FT UI, Dr Cindy Rianti Priadi, di Depok, Selasa (6/2), mengatakan 36 juta orang perkotaan menggunakan self-supply (mengadakan dan membiayai sendiri air minum dari tanah) sebagai sumber air minum utama.

Di antara mereka, 80 persen menggunakan sumur gali atau bor. Kemudian, 98 rumah tangga kota menggunakan sistem sanitasi setempat. Dengan adanya kondisi ini, menurut Cindy Rianti, perlu dilakukan pemeringkatan kota berdasarkan tingkat risiko patogen untuk rumah tangga yang menggunakan air tanah.

Dari penelitian ini, didapatkan pemetaan kota yang paling utama harus diperhatikan dan ditindaklanjuti. Selain memaparkan hasil penelitian, FT UI turut menyelenggarakan diskusi panel dengan topik akses terhadap penyediaan air, kualitas air tanah, air permukaan, serta kebijakan berdasarkan fakta di lapangan.

Diskusi ini menghadirkan tiga panelis. Salah satunya Aisyah Nasution dari Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman Bappenas. Dia mengungkapkan bahwa proyek penelitian ini dimulai tiga tahun lalu ketika Bappenas mendapat tugas untuk meninjau keterkaitan air tanah di Indonesia.

"Di lapangan, sebagian besar masyarakat masih mengandalkan metode tradisional, tanpa pipa untuk pemanfaatan air tanah. Air yang didapat dari self-supply ini justru banyak tercemar saat diteliti," kata Aisyah.

Baca Juga: