Baru-baru ini, penggemar karya Taylor Sheridan, penulis populer dengan epic thriller-nya, Sicario, telah menikmati serial terbarunya di Paramount+, Special Ops: Lioness.

Menyusul kesuksesan serial Sheridan lainnnya, Major of Kingstown dan Tulsa King,
aksi spionase 8 episode ini turut banjir pujian baik dari kritikus maupun penonton, dengan rating IMDB 7,7 dan Rotten Tomatoes 80 persen.

Sheridan telah beralih dari drama kriminal menjadi sesuatu yang sedikit lebih mendebarkan. Dibintangi oleh Zoe Saldaña sebagai agen CIA, Joe McNamara, dan asetnya, seorang Marinir bernama Cruz Manuelos ( Laysla De Oliveira ), Lioness yang berarti singa betina berkisah tentanh penyusupan Cruz ke lingkaran keluarga penyandang dana terorisme, Amrohi ( Bassem Youssef) lewat putrinya Aaliyah (Stephanie Nur). Namun Cruz dan Aaliyah justru terlibat hubungan sesama jenis hingga membahayakan keseluruhan operasi.

Di lain sisi, penonton akan merasakan suka duka kehidupan seorang operative CIA seperti Joe, yang harus pergi bertaruh nyawa dan meninggalkan keluarga yang lengkap dengan semua masalahnya. Konflik keluarga semakin mencuat setelah putri mereka, Kate ( Hannah Love Lanier ) terlibat kecelakaan lalu-lintas fatal sekaligus ketahuan dalam kondisi hamil di luar nikah, sementara Joe sendiri dalam keadaan terjepit dalam misi penting.

Selain suka duka keluarga dan aksi koboi pasukan khusus CIA, Lioness juga menyajikan intrik politik Washington, yang ditandai dengan kehadiran Morgan Freeman sebagai Menteri Luar Negeri AS, Edwin Mullins. Mullins adalah tipe atasan yang selalu menyalahkan bawahan walaupun mereka telah berhasil menjalankan kewajiban dengan gemilang.

Semua resep ini berjalan hidup dan rapi dalam rangkaian 8 episode musim pertama, terutama memberikan wawasan baru pada penonton tentang bagaimana kehidupan nyata seorang agen intelejen dari negara superpowe seperti AS.

Tidak dapat disangkal bahwa musim pertama Lioness adalah perjalanan yang mengasyikkan. Dalam banyak hal, tampaknya Sheridan ingin melanjutkan apa yang dia mulai dengan film Amazon-nya, Without Remorse , menunjukkan keahliannya sebagai penulis aksi dengan sensasi spionase yang cukup untuk dibagikan.

Di sini, ia menunjukkan bahwa dia bisa melakukannya dengan sangat baik, yang memberi kita harapan untuk masa depan karirnya pasca Yellowstone .

Sejauh ini, Lioness hanya dapat kesempatan muncul satu musim, tapi tampaknya Sheridan dan kawan-kawan berharap untuk melanjutkan kisah Lioness ke musim berikutnya, terutama setelah rekor jumlah streaming.

"Membayangkan saya berkomitmen pada pertunjukan multi-musim sungguh menakutkan," katanya kepada Vanity Fair awal tahun ini .

"Tetapi Nicole Kidman sudah terikat untuk menjadi produser, dan dia akan berperan di dalamnya juga. Jadi jelas, itu adalah mimpi bagiku," ujarnya memberi alasan tentang prospek musim kedua.

Jika Lioness ingin dikenang sebagai sesuatu yang mendalam (yang, dalam banyak hal memang demikian), akan lebih baik jika serial ini berlanjut, seperti 1883 , Major of Kingstown , dan Tulsa King, kisah kelanjutannya masuk akal.

Lagi pula, plot-plot itu sengaja membuat kita merasa gelisah, memohon agar kita kembali lagi. Tapi Lioness menyimpulkan dengan kuat, dan meskipun lebih banyak dari keluarga McNamara akan menyenangkan, itu tentu saja tidak perlu. Seperti yang diketahui Sheridan, tidak semua cerita membutuhkan akhir yang bahagia.

Jika akhir cerita Lioness terasa familier, itu tidak mengejutkan. Dalam banyak hal, ini mencerminkan salah satu karya terbaik Sheridan, Sicario . Meskipun Sicario tidak ada hubungannya dengan Lioness di atas kertas, ada hubungan tematik yang kuat yang mengikat mereka bersama.

Di Lioness , Cruz ditarik ke dunia yang tidak sepenuhnya dia pahami hanya untuk merasa ngeri dengan hasilnya. Inilah yang dialami Kate Macer di Sicario, sampai akhir dimana dia terpaksa berpura-pura seolah hal itu tidak pernah terjadi sama sekali.

Baca Juga: