KABUL - Setidaknya 78 orang tewas akibat kedinginan di Afghanistan selama musim dingin terburuk dalam satu decade lebih, kata pihak berwenang, Kamis (19/1).

Kematian akibat flu tercatat di delapan dari 34 provinsi di negara itu, kata para pejabat.

Musim dingin terdingin dalam 15 tahun dengan suhu turun serendah -34 derajat Celcius, telah melanda Afghanistan di tengah krisis ekonomi yang parah.

Banyak kelompok bantuan telah menangguhkan sebagian operasinya dalam beberapa pekan terakhir karena keputusan Taliban melarang staf perempuan LSM bekerja. Sehingga membuat sejumlah organisasi tidak dapat menjalankan banyak program di negara itu.

"Cuaca akan semakin dingin dalam beberapa hari ke depan, oleh karena itu bantuan kemanusiaan untuk korban bencana perlu dipertimbangkan," kata Abdullah Ahmadi, Kepala Pusat Operasi Keadaan Darurat Kementerian Penanggulangan Bencana.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) mengatakan pekan lalu bahwa pembatasan pekerja perempuan menghambat upaya pengiriman bantuan.

"Mitra kemanusiaan memberikan dukungan musim dingin kepada keluarga, termasuk pemanas, uang tunai untuk bahan bakar, dan pakaian hangat, tetapi distribusi sangat dipengaruhi oleh ... larangan pekerja bantuan LSM perempuan," katanya.

Bahkan di awal musim dingin, petugas kesehatan telah melaporkan peningkatan tajam jumlah anak-anak yang menderita kasus pneumonia serius dan penyakit pernapasan lainnya, sebagian karena kemiskinan memburuk yang membuat orang tidak dapat menghangatkan rumah dengan baik.

Sekitar 77.000 ternak juga mati dalam sembilan hari terakhir, memperdalam kerawanan pangan negara itu.

"Kehilangan mata pencaharian dan aset semakin membahayakan keluarga Afghanistan pada saat 21,2 juta orang sangat membutuhkan makanan dan pertanian yang berkelanjutan," kata UNOCHA di Twitter.

Baca Juga: