JAKARTA - Stunting atau kondisi gagal tumbuh karena kurang asupan gizi berpotensi mengancam bonus demografi yang diharapkan sebagai modal Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Sri Sumarmi, mengatakan untuk menjadi negara maju harus mendapat dukungan dari manusia yang cerdas, sehat, dan berkualitas. Sebab itu, pencegahan stunting sejak dini sangat diperlukan, terutama cara penanganan yang tepat.

"Stunting ini perlu diatasi karena cita-cita bangsa kita ingin menjadikan generasi ke depan itu baik. Bonus demografi (penduduk usia produktif-red) tidak boleh sebatas kuantitas semata, melainkan kualitas masyarakatnya. Peran orang tua sebagai garda terdepan pemberantasan stunting perlu diperkuat, terutama untuk menyediakan asupan gizi yang cukup bagi masa pertumbuhan karena kalau asupan makanan kurang, pembentukan sel-sel, otot, tulang, juga termasuk sel otak jadi tidak optimal," kata Sri.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Tavip Agus Rayanto, memaparkan berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), terdapat enam provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi stunting pada 2022. Enam provinsi itu yakni Sulawesi Barat dengan prevalensi stunting pada 2022 mencapai 35 persen atau naik dari 2021 di angka 33,8 persen. Kedua, Papua yang melonjak cukup tinggi dari sebelumnya 29,5 persen menjadi 34,6 persen pada 2022.

Selanjutnya, Nusa Tenggara Barat 32,7 persen, dari sebelumnya 31,4 persen. Kemudian, Papua Barat dari 26,2 persen menjadi 30 persen, Sumatera Barat juga naik dari 23,3 persen menjadi 25,2 persen, dan Kalimantan Timur dari 22,8 persen menjadi 23,9 persen pada 2022. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sendiri masih tercatat sebagai yang tertinggi yakni 35,3 persen meskipun sedikit menurun dari sebelumnya, yakni 37,8 persen. Secara nasional, prevalensi stunting pada 2022 tercatat 21,6 persen.

Upaya Nyata

Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji P. Djajanegara, menyatakan sebagai upaya nyata mencegah stunting sesuai target pemerintah menjadi 14 persen pada 2024 maka pihaknya menginisiasi program pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem dalam bentuk penghimpunan donasi melalui produk iB Goal Savers dan Giro iB. Donasi yang dihimpun itu akan disalurkan melalui program bekerja sama dengan lembaga mitra terpercaya.

"Donasi akan disalurkan lembaga mitra terutama ke 14 provinsi yang memiliki proporsi balita stunting tertinggi dan di atas angka nasional," kata Pandji saat soft launching program pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem di Jakarta, Senin (25/8).

Dalam kesempatan terpisah, pengamat pangan lokal Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, Saptarining Wulan, meminta pemerintah untuk lebih akseleratif menurunkan angka stunting.

"Tingginya angka stunting karena ibu hamil kerap mengonsumsi makanan dan minuman yang sudah melalui proses kimiawi sehingga berdampak pada bayinya, padahal masih bisa diganti sama pangan lokal," kata Wulan.

Baca Juga: