Penelitian baru mengungkapkan bahwa di antara manusia purba yang mendominasi Eropa, hanya mereka yang berlindung di tempat yang sekarang disebut Spanyol dan Portugal lah yang berhasil selamat dari Zaman Es terakhir

Melansir The Associated Press, para ilmuwan menggunakan analisis genetik baru dari sisa-sisa manusia prasejarah untuk melacak nasib budaya Gravettian, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang pernah menjelajahi Eropa dan menghasilkan alat dan seni khas.

Hasilnya, diketahui orang-orang pemburu sekaligus pengumpul yang mendominasi Eropa 30.000 tahun lalu berupaya mencari perlindungan dari Zaman Es terakhir di tempat-tempat yang lebih hangat. Sayangnya, hanya mereka yang berlindung di tempat yang sekarang disebut Spanyol dan Portugal yang selamat.

Studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada Rabu (1/3) itu menyoroti dampak perubahan iklim dan migrasi terhadap penduduk awal Eropa.

Ini menunjukkan bahwa manusia prasejarah yang tinggal di tempat yang sekarang disebut Italia ketika es meluas ke selatan sekitar 25.000 tahun yang lalu tampaknya menemui jalan buntu dibandingkan dengan kerabat mereka yang tinggal di wilayah yang sekarang meliputi bagian selatan Prancis, Spanyol, dan Portugal.

Dengan kata lain, mereka yang pergi ke barat berhasil selamat dari Zaman Es terburuk, yang dikenal para ilmuwan sebagai glasial maksimum terakhir.

"Yang sangat mengejutkan kami, di Italia populasi yang ada sebelum glasial maksimum terakhir benar-benar hilang," kata Cosimo Posth, seorang peneliti di Universitas Tuebingen yang memimpin penelitian tersebut.

Analisis genetik individu-individu dari Italia setelah Zaman Es terakhir menunjukkan populasi Gravettian berkulit gelap dan bermata gelap digantikan oleh pendatang baru dari Balkan, yang membawa mata biru dan sentuhan keturunan timur.

Para peneliti menganalisis 116 sampel genetik baru yang mereka tambahkan ke 240 spesimen kuno yang sudah diketahui, mencakup manusia prasejarah yang hidup dalam rentang waktu sekitar 45.000 hingga 5.000 tahun yang lalu.

Menurut AP, Gravettia yang selamat dari Zaman Es di Spanyol, sementara itu, bercampur dengan migran dari timur saat Eropa kembali menghangat hampir 15.000 tahun yang lalu dan kemudian dengan cepat menghuni kembali benua itu dari Iberia ke Polandia dan Kepulauan Inggris, untuk kemudian mendominasinya selama ribuan tahun.

Posth menjelaskan jejak genetik Gravettia dapat ditemukan pada populasi pemburu-pengumpul Spanyol terakhir hingga kedatangan petani pertama, yang bermigrasi ke Eropa dari Anatolia sekitar 8.000 tahun lalu.

Ludovic Orlando dari Pusat Antropobiologi dan Genomik di Toulouse, Prancis, mengatakan penelitian tersebut menunjukkan bagaimana perubahan iklim mempengaruhi populasi di Eropa dan bahwa budaya manusia kuno tidak selalu homogen secara etnis, termasuk betapa cairnya sejarah genetik di Eropa.

"Tidak ada populasi modern yang dapat mengklaim satu asal usul dari kelompok manusia yang pertama kali terbentuk di benua itu," kata Orlando, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Posth berharap untuk mempelajari lebih dalam sejarah migrasi kuno di Eropa.

Baca Juga: