Studi terbaru yang diterbitkan di JAMA Network Open mengungkapkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang melatih otak, seperti permainan teka-teki, kartu dan catur memiliki risiko 9 hingga 10 persen lebih rendah terkena demensia.

"Temuan ini menyoroti jenis kegiatan yang mungkin paling bermanfaat untuk menjaga kesehatan kognitif seiring bertambahnya usia," kata penulis senior Joanne Ryan, PhD, seorang profesor dan kepala unit penelitian neuropsikiatri biologis dan demensia di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan di Monash University di Melbourne, Australia, dikutip dari Everyday Health, Selasa (25/7).

Para penulis menjelaskan, hasil penelitian ini dapat membantu para lansia dan para profesional perawatan lansia untuk merencanakan pendekatan yang lebih tepat sasaran dalam mengurangi risiko demensia.

Demensia merupakan istilah umum untuk kondisi hilang ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya yang cukup serius, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Untuk mengeksplorasi apakah kegiatan yang merangsang secara sosial dan mental dikaitkan dengan penurunan risiko demensia, para peneliti menggunakan data dari sekitar 10 ribu orang Australia yang "secara umum sehat" berusia 70 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam proyek ASPREE (ASPirin in Reducing Events in the Elderly) dan sub-penelitian ALSOP (ASPREE Longitudinal Study of Older Persons). Para subjek melaporkan kegiatan waktu luang dalam satu tahun setelah pendaftaran dan menjalani pengukuran kognitif standar selama periode 10 tahun.

Usia rata-rata adalah 73,8 tahun, 53 persen partisipan adalah perempuan, dan 98 persen mengidentifikasi diri sebagai orang kulit putih. Adapun kegiatan waktu luang, seperti kegiatan literasi orang dewasa yakni kelas pendidikan orang dewasa, menggunakan komputer, dan membuat jurnal. Kemudian, tugas-tugas yang mengasah ketajaman mental, seperti menyelesaikan kuis dan teka-teki silang, serta bermain kartu atau catur.

Lalu, melakukan hobi kreatif, seperti pertukangan kayu, merajut dan melukis. Selain itu juga aktivitas yang lebih pasif, seperti membaca berita, mendengarkan musik, berinteraksi dengan teman, dan tamasya seperti pergi ke museum atau bioskop.

Para peneliti menemukan bahwa aktivitas literasi orang dewasa dan tugas ketajaman mental dikaitkan dengan penurunan risiko demensia terbesar, diperkirakan penurunan risiko sebesar 9 hingga 11 persen. Hobi kreatif dan aktivitas yang lebih pasif mengurangi risiko sebesar 7 persen.

Hasilnya tetap signifikan secara statistik bahkan ketika disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi sebelumnya.

"Tidak ada jumlah minimum waktu yang harus dihabiskan untuk suatu kegiatan untuk mendapatkan manfaatnya. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa meningkatkan frekuensi aktivitas bermanfaat, baik dari tidak ada aktivitas menjadi kadang-kadang, atau dari kadang-kadang menjadi sering," ujar Ryan.

Meskipun penelitian ini tidak dirancang untuk mengungkap mengapa aktivitas tertentu dapat membantu melindungi dari demensia, Ryan menawarkan penjelasan yang memungkinkan.

"Aktivitas yang kami temukan paling kuat terkait dengan demensia adalah aktivitas yang secara umum membutuhkan stimulasi kognitif yang lebih besar, termasuk belajar dan memproses informasi baru, berpikir kritis, dan penalaran logi, aktivitas yang kemungkinan besar dapat membantu menjaga dan membangun jaringan dan koneksi di otak, dan fungsi kognitif secara keseluruhan. Pada gilirannya, kegiatan-kegiatan tersebut memungkinkan mekanisme kompensasi untuk digunakan dan membantu menunda timbulnya gejala demensia," ucapnya.

Hasil penelitian ini tidak mengesampingkan bahwa mereka yang secara alami tertarik pada jenis kegiatan waktu luang yang terkait dengan kesehatan kognitif juga memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang bermanfaat, atau mereka mungkin secara umum memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik, menurut para penulis.

Temuan ini dapat membantu menginformasikan strategi pencegahan demensia dan penguatan cadangan kognitif di kemudian hari, dalam konteks rutinitas harian yang dapat dimodifikasi, tulis para penulis.

Cadangan kognitif adalah kemampuan otak untuk menjadi gesit, memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan melawan cedera akibat trauma, stroke, atau penuaan.

Ryan mengakui bahwa kegiatan yang merangsang mental dan kreatif tidak dapat sepenuhnya mencegah demensia, tetapi dengan membantu membangun jaringan di dalam otak, kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunda timbulnya gejala demensia.

"Terus belajar dan terlibat dalam aktivitas baru yang menantang dan merangsang pikiran mungkin merupakan cara terbaik untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif yang baik seiring bertambahnya usia," tuturnya

Baca Juga: