Para peneliti telah menemukan hubungan yang mengejutkan antara stres yang dialami pada masa kanak-kanak dan remaja dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik di kemudian hari. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association mengungkapkan, individu yang mengalami stres yang dirasakan tinggi secara konsisten lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, obesitas, dan faktor risiko kardiometabolik lainnya.

Penelitian ini melibatkan penilaian terhadap 276 peserta dari Southern California Children's Health Study. Para peneliti menggunakan Perceived Stress Scale (PSS), sebuah alat yang mapan untuk menilai persepsi stres di antara para partisipan. PSS mengukur sejauh mana individu menilai situasi dalam hidup mereka sebagai stres.

Selama masa kanak-kanak hingga sekitar usia 6 tahun, PSS diperoleh dari tanggapan yang diberikan oleh orang tua partisipan. Kemudian, para partisipan sendiri melaporkan tingkat stres mereka.

Para peserta kemudian dikelompokkan ke dalam empat kelompok berbasis risiko yaitu stres tinggi secara konsisten, stres menurun, stres meningkat, dan stres rendah secara konsisten dari waktu ke waktu. Skor risiko kardiometabolik mereka diukur dengan menggunakan faktor-faktor seperti ketebalan arteri leher, tekanan darah sistolik dan diastolik, berat badan, persentase lemak tubuh dan distribusi lemak dan hemoglobin A1c.

Berdasarkan analisis, para peneliti mencatat bahwa tingkat stres yang dirasakan lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk kondisi kesehatan kardiometabolik.

"Jika individu mengalami tingkat stres yang lebih besar sejak masa remaja hingga dewasa, mereka cenderung memiliki kesehatan pembuluh darah yang lebih buruk, total lemak tubuh yang lebih tinggi, lebih banyak lemak di sekitar perut, dan risiko obesitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang merasa tidak terlalu stres dari waktu ke waktu," tulis para peneliti, dikutip dari Medical Daily, Selasa (23/1).

"Secara umum, tingkat stres yang dirasakan lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk kondisi kesehatan kardiometabolik. Sebagai contoh, orang dewasa yang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi cenderung memiliki kesehatan pembuluh darah yang lebih buruk dan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi," tambah mereka.

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini memiliki jumlah partisipan yang relatif kecil, sesuatu yang dapat dianggap sebagai keterbatasan.

Penulis studi Fangqi Guo dari University of Southern California, Los Angeles menjelaskan, pentingnya memahami efek dari stres yang dirasakan sejak masa kanak-kanak adalah penting untuk mencegah, mengurangi atau mengelola faktor risiko kardiometabolik yang lebih tinggi pada orang dewasa muda.

"Temuan kami menunjukkan bahwa pola stres yang dirasakan dari waktu ke waktu memiliki efek yang luas pada berbagai ukuran kardiometabolik termasuk distribusi lemak, kesehatan pembuluh darah, dan obesitas. Hal ini dapat menyoroti pentingnya manajemen stres sejak masa remaja sebagai perilaku yang melindungi kesehatan," ujar Guo.

"Para profesional kesehatan harus mempertimbangkan untuk menggunakan Skala Stres yang Dirasakan untuk mengevaluasi tingkat stres individu selama kunjungan klinik. Dengan cara ini, mereka yang memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dapat diidentifikasi dan menerima perawatan lebih awal," tambah Guo.

Baca Juga: