NEW YORK - Sebanyak tiga penelitian yang dirilis pada Jumat (21/1) memberikan lebih banyak bukti bahwa vaksin Covid-19 mampu melawan varian Omicron, setidaknya pada orang-orang yang menerima dosis booster.
Menurut para pejabat kesehatan, ini adalah studi besar pertama di Amerika Serikat (AS) yang menemukan perlindungan vaksin terhadap Omicron.
Makalah-makalah tersebut menguatkan penelitian sebelumnya, termasuk penelitian di Jerman, Afrika Selatan, dan Inggris, yang menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia kurang efektif melawan Omicron, tetapi juga bahwa dosis booster secara signifikan meningkatkan perlindungan.
Studi pertama mengamati rawat inap dan ruang gawat darurat, serta kunjungan pusat perawatan darurat di 10 negara bagian, dari Agustus hingga bulan ini. Ditemukan efektivitas vaksin yang terbaik setelah tiga dosis vaksin Pfizer atau Moderna dalam mencegah perawatan darurat terkait Covid-19.
Perlindungan turun dari 94 persen selama gelombang Delta, menjadi 82 persen selama gelombang Omicron. Perlindungan dari hanya dua dosis lebih rendah, terutama jika enam bulan telah berlalu sejak dosis kedua.
Studi kedua berfokus pada kasus Covid-19dan tingkat kematian di 25 negara bagian dari awal April hingga Natal.
"Orang yang memiliki perlindungan lebih kuat terhadap infeksi virus korona, baik selama Delta dominan dan juga ketika Omicron," kata dua artikel yang diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention.
Sedangkan Journal of American Medical Association menerbitkan studi ketiga, yang juga dipimpin oleh para peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), memantau orang-orang yang dites positif Covid-19dari 10 Desember hingga 1 Januari pada lebih dari 4.600 lokasi pengujian di seluruh AS.
Para peneliti menemukan, tiga dosis vaksin Pfizer dan Moderna sekitar 67 persen efektif melawan penyakit simtomatik terkait Omicron dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi. Dengan hanya dua dosis, tidak memberikan perlindungan yang signifikan terhadap Omicron.
"Ini benar-benar menunjukkan pentingnya mendapatkan dosis booster," kata salah satu penulis studi tersebut, Emma Accorsi dari CDC.