Masyarakat perlu memahami pentingnya mengurangi food loss and waste untuk menjaga ketahanan pangan karena dampaknya juga merugikan secara ekonomi dan lingkungan.

JAKARTA - Masyarakat diminta lebih efisien dalam mengonsumsi pangan. Sebab, food waste atau mubazir makanan sampai saat ini masih tinggi.

Food waste adalah makanan yang siap disantap, tapi terbuang begitu saja dan menjadi sampah. Berdasarkan laporan Badan Pangan Nasional (Bapanas), limbah makanan yang biasa disebut food lose and waste ada sekitar 31 persen. Merujuk Data Organisasi Pangan Global (FAO), sepertiga dari pangan yang diproduksi atau sekitar 1,3 miliar ton pangan terbuang setiap tahunnya.

"Kami minta masyarakat untuk belanja secukupnya dan mengampanyekan stop boros pangan karena food lose and waste ada sekitar 31 persen. Ini menjadi tugas kita bersama untuk mengurangi boros pangan dan tidak mubazir," tegas Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, melalui keterangannya seusai acara penyaluran bantuan pangan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Sukoharjo, Jawa Tengah, pekan lalu.

Arief menyatakan masyarakat perlu memahami pentingnya mengurangi food loss and waste, terutama untuk mengantisipasi dampak El Nino yang mengancam produksi pangan. "Karena itu, saya mengajak untuk Stop Boros Pangan sebagai upaya untuk menjaga ketahanan pangan, karena dampaknya juga merugikan secara ekonomi dan lingkungan," ungkapnya.

Adapun Bapanas terus gencar mengajak masyarakat melalui Gerakan Selamatkan Pangan untuk cegah food waste di tingkat nasional dan wilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota sebagai upaya kewaspadaan pangan dan gizi.

Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyoto Suwignyo, menyatakan upaya penyelamatan pangan bersifat strategis mengingat secara global menurut FAO, sepertiga dari pangan yang diproduksi atau sekitar 1,3 miliar ton pangan terbuang setiap tahunnya.

"Selanjutnya, menurut data United Nations Environment Programme (UNEP) pada 2021 terdapat sebanyak 17 persen pangan terbuang percuma karena perilaku boros pangan (food waste)," sebutnya.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), Eugenia Mardanugraha, mendukung upaya pemerintah mendorong penghematan konsumsi pangan.

Menurutnya, masyarakat memang harus mengurangi konsumsi beras dan beralih ke pangan jenis lainnya. "Itu juga untuk menghemat biaya atau anggaran, apalagi tahun ini impor beras capai dua juta ton," sebutnya.

Percepat Penyaluran

Sementara itu, pemerintah terus bekerja keras meningkatkan stok beras dan lebih penting dari itu juga mempercepat pendistribusiannya kepada masyarakat dengan terus mengguyur baik di pasar tradisional ataupun pasar modern.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, selepas acara penyaluran bantuan pangan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) bersama Kepala Bapanas di Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, pekan lalu.

Pratikno berharap agar antisipasi ini terus dilakukan dalam menghadapi El Nino atau kemarau panjang yang melanda banyak negara. "Namun, kita yakin pemerintah terus menggenjot produksi di wilayah-wilayah yang stok airnya masih mencukupi untuk terus produksi secara maksimal dalam meningkatkan produksi beras nasional," ujar Mensesneg.

Menurutnya, saat ini kondisi itu berkaitan dengan masalah supply dan demand.

Baca Juga: