JAKARTA - Pemerintah diminta tidak berpuas diri dengan keberhasilan menjaga stok pangan khususnya beras yang hingga saat ini masih aman. Ketersediaan pangan harus dijaga hingga akhir tahun, terutama mengantisipasi fenomena La Nina seperti yang diperkirakan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

BMKG mengindikasikan kondisi El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dalam keadaan netral dapat berkembang menjadi La Nina pada akhir 2021. Sebab itu, Indonesia perlu mewaspadai kejadian cuaca ekstrem, seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, serta angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

Pakar Ekonomi Perdesaan dari Universitas Brawijaya Malang, Imron Rozuli, mengatakan pemerintah perlu menyiapkan ketersediaan pangan dalam rangka menanggulangi potensi dampak terjadinya La Nina.

"Pihak terkait jangan sampai absen untuk antisipasi La Nina ini. Perlu ada persiapan-persiapan kebijakan yang memadai untuk menyongsong potensi banjir yang muncul. Jangan sampai terkesan dibiarkan sehingga banjir sampai mengganggu proses pertanaman sampai panen," kata Imron.

Selain itu, infrastruktur irigasi teknis serta hulu ke hilir perlu dibenahi supaya genangan di sawah tidak sampai lama, karena kalau sampai berhari-hari pasti menyebabkan tanaman puso.

Sementara itu, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, menegaskan banyak yang harus dipersiapkan pemerintah menghadapi ancaman La Nina.

Pemeritah perlu memastikan ketersediaan pangan cukup serta memastikan saluran distribusi pangan lancar.

"Jika ketersediaan pangan tidak cukup maka sudah pasti harga melonjak, inflasi pun naik," jelas Esther.

Sebenarnya, kata Esther, langkah idealnya untuk memenuhi food security harus dengan swasembada pangan artinya mencukupi kebutuhan pangan dengan produksi dalam negeri, bukan dengan impor.

"Khawatirnya kalau impor, sumber pangan kita makin tergantung pada negara lain," kata Esther.

Masalah lain yang harus diatasi untuk swasembada pangan, lanjut dia, antara lain pupuk harus tersedia dan mudah diperoleh para petani. Begitu juga sarana produksi pertanian (saprodi) mudah dan tersedia di lapangan.

Tidak kalah penting, kehadiran sekolah lapangan dan bimbingan teknis yang rutin oleh penyuluh kepada para petani.

Memetakan Produksi

Sementara itu, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan kebijakan yang tepat perlu dipersiapkan sejak saat ini seperti memetakan produksi dalam negeri yang disesuaikan dengan konsumsi dalam negeri.

Selain itu, alur distribusi juga perlu dianalisa yang dihubungkan dengan perkiraan daerah-daerah yang akan terpapar parah dari La Nina.

"Kalau satu daerah diperkirakan akan terpapar parah dari La Nina, maka alur skenario distribusinya perlu dipersiapkan dari awal," kata Rendy.

Baca Juga: