Stok minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi di pasar tradisional Kota Bogor sudah tersedia, tetapi distribusi masih terbatas.

BOGOR - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat memastikan stok minyak goreng sesuai dengan tiga harga eceran tertinggi (HET) sudah tersedia di pasar tradisional secara terbatas yang bertahap mulai dijual pedagang.

"Sudah ada di pasar tradisional dengan distribusi terbatas. Harga terus diupayakan kembali normal," kata Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perisdustrian Kota Bogor Mohamad Soleh di Kota Bogor, kemarin.

Soleh menerangkan, saat ini para pedagang telah mendapatkan distribusi minyak goreng dengan HET untuk kemasan premium 14.000 rupiah, kemasan sederhana 13.500 rupiah, dan 11.500 rupiah dengan merk Resto dan SIIIP.

Pasokan minyak goreng kemasan diberikan sebanyak tiga karton dalam setiap pembelian. Lalu stok minyak goreng curah hanya dijatah oleh agen Toko Makmur sebanyak dua dirigen atau 16 kilogram kepada pedagang eceran.

Pedagang diberi syarat untuk membeli produk lain seperti kopi, terasi dan lain-lain agar mendapat jatah minyak goreng sebagai kerja sama saling mendukung perdagangan antara keduanya.

Dengan pasokan yang masih terbatas, belum semua pedagang eceran di pasar mulai menjual minyak goreng sesuai HET.

Menurutnya, pemerintah sudah berupaya untuk meringankan masyarakat atas kenaikan harga minyak sawit mentah yang terus meningkat.

Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagei) No 6/2022, HET minyak goreng diatur dengan rincian minyak goreng curah sebesar 11.500 rupiah per liter, kemasan sederhana sebesar 13.500 rupiah per liter, dan kemasan premium sebesar 14.000 rupiah per liter mulai berlaku pada 1 Februari 2022.

"Suplai masih terbatas artinya kondisi masih sama dengan hari-hari sebelumnya," kata dia.

Bahan Baku

Pemkot Bogor melaporkan harga tempe mulai naik 2.000 rupiah di pasaran, seiring kabar harga kedelai internasional sebagai bahan baku juga mengalami kenaikan karena penurunan produksi di negara produsen seperti Brasil dan Amerika Serikat.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor Mohamad Soleh di Kota Bogor, mengatakan kenaikan memang tidak dapat dihindari dan sesuai prediksi pemerintah pusat. "Yang mulai terlaporkan untuk tempe ukuran besar sekitar 1 kilogram naik 2.000 itu," kata Soleh.

Soleh menyebut hasil pemantauan harga di dua pasar tradisional yakni Pasar Bogor dan Pasar Kebon Kembang harga tempe ukuran 1 kilogram naik 15 persen dari 13.000 rupiah menjadi 15.000 rupiah.

Hal ini disebabkan kedelai impor dari penyalur Kopti naik dari 10.700 rupiah menjadi 11.500 rupiah per kilogram. Kenaikan lebih tajam pada harga kedelai pedagang pasar dalam negeri dari 13.000 rupiah menjadi 14.000 rupiah per kilogram.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan melansir bahwa harga tahu dan tempe di dalam negeri akan naik di bulan mendatang karena melonjaknya harga kedelai internasional.

Baca Juga: