JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, mengatakan salah satu tantangan besar dalam penanganan HIV AIDS adalah masih dirasakan stigma dan diskriminasi pada pengidap HIV AIDS. Adapun target penanganan HIV AIDS pada tahun 2030 sesuai SDGs salah satunya adalah zero stigma.

"Masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS," ujar Imran, dalam media brief Hari AIDS Sedunia 2022, di Jakarta, Selasa (29/11).

Dia menerangkan, stigma tersebut memicu ketidaksetaraan pelayanan HIV khususnya pada perempuan, anak, dan remaja. Menurutnya, butuh dukungan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Dia menambahkan, Kemenkes sudah mengeluarkan Permenkes 23/2022 tentang Tentang Penanggulangan HIV, AIDS, dan IMS. Permenkes terbaru tersebut mengintegrasikan penanganan HIV AIDS.

"Di sini diatur program pemutusan infeksi melalui hubungan seksual, hubungan non seksual seperti apa, dan penularan dari ibu ke anak. ini dibahas dalam Permenkes yang baru," jelasnya.

Tren Kasus

Imran mengungkapkan, prevalensi HIV di sebagian besar wilayah Indonesia adalah 0,26 persen. Adapun Papua dan Papua Barat mencapai 1,8 persen dan butuh intervensi khusus dalam penanganannya.

Dia menyebut, dalam kurun waktu 2010-2020, telah terjadi kemajuan dalam penanggulangan HIV AIDS di Indonesia. Terjadi penurunan infeksi baru HIV sebagai dampak akselerasi pengendalian yang berfokus pada intervensi pencegahan dan ekspansi berskala besar terapi antiretroviral.

"Namun demikian disadari bahwa penurunan infeksi baru ini masih belum mencapai target penurunan yang diharapkan. Terjadinya pandemi Covd-19 sejak 2020 tlah nyata memperlambat upaya eliminasi HIV-AIDS pada tahun 2030," katanya.

Imran menuturkan, pada tahun 2030 menargetkan tercapainya three zero yaitu zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait AIDS, dan zero stigma dan diskriminasi. Indonesia mendorong percepatan mengakhiri HIV dengan indikator 95 persen orang dengan HIV (ODHIV) mengetahui status HIV-nya, 95 persen ODHIV diobati, dan 95 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.

Berdasarkan data bulan september 2022, capaian target 95-95-95 Indonesia belum optimal. Baru 79 persen untuk target 95 pertama, 41 persen untuk 95 kedua, dan 16 persen untuk 95 ketiga.

"Permasalahan saat ini mungkin lebih banyak pada bagaimana kita bisa melakukan follow up pada orang yang ditemukan positif, tapi belum masuk pengobatan. yang sudah harus dicek kondisinya," tandasnya.

Baca Juga: